Thursday, 31 March 2022

Kamu Tak Akan Pulang Lagi

Siang itu, aku mendengar klakson motor hitam kesayanganmu dari balik pagar rumah. Aku bangkit dari kamar, bergegas keluar. Untuk sesaat, kupikir itu kamu - baru kembali dari membeli nasi padang sepuluh ribu. Namun, harapan kecilku sirna terlalu cepat. 

Nyatanya itu adalah ibu, yang baru saja pulang dari bengkel sehabis memperbaiki motor favoritmu yang rusak karena menahun tak pernah dipakai lagi. Rasanya dadaku mendadak sesak. 

Bayangan tentang aku bangun tiap pagi dan melihat kamarmu kosong, kasurmu mendingin, sofamu lenyap, baju-bajumu terbakar, hingga kamu yang sudah jadi abu, mendesakku hingga kehabisan napas.
Sudah dua tahun kamu tidak pulang dan segalanya terasa pincang.
Kamu pergi dan setiap hari aku tak pernah berpikir kamu sudah mati. Mungkin kamu sedang berada di kota asing bersama seorang kawan, menginap di rumah kerabat jauh, berobat ke luar negeri, dan lain-lainnya yang mengharuskanmu pergi lama dan menghadapi hari-hari panjang - tapi suatu waktu akan kembali.
Sumber foto: Herway

Maka itu, rumah tempatmu pulang nanti tak banyak berubah. Pintu rumah kita masih berupa kayu tua yang catnya sudah mengelupas di mana-mana. Langit-langit yang bocor di sana-sini tetap ada. Kalender kita masih dua. Kucing-kucing liar sekitaran kompleks tetap sering datang jelang sore. Tukang cingcongfan juga masih berkeliling menjajakan makanannya tiap petang. Tetangga seberang masih membuka pagarnya tiap pukul sembilan malam. Semua masih sama - termasuk aku dan ibu, yang diam-diam menunggumu pulang.

Klakson kembali berbunyi. Lamunanku lesap. Aku melangkah untuk membuka pagar rumah. Ibu membawa masuk motormu. 

Sekali lagi aku menengok ke ujung kompleks, mungkin saja kamu tertinggal. Tapi yang kudapati hanya derik serangga dan deru mesin kendaraan yang berlalu-lalang. Saat itu aku tahu, aku dipaksa semesta menerima bahwa kamu sudah lama tiada. Tak akan pulang. 

Menuju dua tahun tanpa papa
Tangerang, 31 Maret 2022, 11.01 am

0 Comments:

Post a Comment