Sunday, 23 May 2021

Cara (Tidak Jitu) Menangani Kepergianmu

Tidak ada orang yang benar-benar sembuh setelah kehilangan. Setidaknya itu yang kupelajari sesudah kamu pergi dan meninggalkanku sendiri bersama dunia yang terus berganti wajah setiap harinya. Aku tidak kuat, hanya dalam posisi bertahan untuk tidak ambruk ketika orang-orang mencoba membohongiku dengan berkata semua akan baik-baik saja. Mau tahu cara yang kulakukan untuk menangani ketiadaanmu? Sini, kuceritakan satu persatu.

Sumber: We Heart It

Aku memutar salah satu lagu dari grup musik tahun 90-an yang pernah kita nyanyikan nyaring saat tengah malam di kamar jelang tidur. Bedanya, kali ini aku melagukannya seorang diri. Tidak peduli tangga nada apalagi barisan lirik, yang penting aku bisa berteriak melalui lagu-lagu kita dulu dan membiarkan kesedihan berhamburan. Diam-diam aku menyimpan harap agar samar aku bisa mendengar suaramu ikut bernyanyi di awal lagu yang dimulai dengan bunyi pecahan kaca.

Aku mengirim pesan padamu hampir setiap hari. Bercerita padamu jika aku mendapat kiriman parsel kopi yang biasanya kubagi dua bersamamu, bapak RT masih menagih iuran dengan cara menyebalkan, warung makan favorit kita sudah tidak lagi buka, dan lain-lain. Di antara pesan-pesan yang selamanya tak akan terbaca itu, aku menyelipkan asa mungkin suatu saat nanti secara ajaib akan terbalas.

Aku merebahkan diri di atas tempat tidur dan memandang langit-langit yang kosong. Biasanya aku akan membayangkannya sebagai kanvas untuk berkhayal segala kemungkinan-kemungkinan. Namun, kusadari kehidupan ini bukan plot novel yang memungkinkan aku sebagai tokoh utama bisa membuat kesepakatan dengan malaikat atau setan, dengan tuhan atau hantu, agar bisa menghidupkanmu lagi dengan jaminan tertentu. Kesempatan kedua tidak berlaku untuk hal semacam itu.

Dan, banyak cara-cara lainnya tapi tidak satu pun yang mampu membuatku memahami kamu pergi, tiada, dan membiarkanku menghadapi semesta yang tercipta tanpa buku manual. Kamu pergi dan sampai hari ini tidak ada cara yang benar-benar jitu untuk hidup tanpa merasa ganjil, tercerabut, dan pincang.

Tangerang, 12.32 pm – satu hari menuju ulang tahun papa 

1 comment:

  1. Kak, aku baca buku kakak yang judulnya seni copywriting. Awalnya pengen ngulik lebih jauh tentang penulisnya (yaitu kakak). Tapi malah mewek ngebaca kumpulan cerita di Narasi Ayah :((

    Semangat ya kak, you clearly love your father and your father cleary loves his little girl too.

    ReplyDelete