Dunia berjalan seperti biasanya, Pa. Kwetiau langganan
kita tetap buka jelang maghrib. Ibu-ibu Yakult masih mengunjungi rumah kita
setiap dua minggu sekali. Warung nasi padang favoritmu masih memberikan bonus es
teh manis tiap Jumat. Kios kecil di pinggir jalan kompleks tempat kau membeli
dua bungkus rokok yang kubilang akan membuatmu kanker tetap berjualan selama 24
jam.
Sumber foto: Pinterest |
Tetangga seberang rumah masih memelihara burung-burung dan ikan cupang, serta sesekali membuka pagarnya untuk menjemur burung dan membilas akurarium ikan. Pos satpam di ujung kompleks masih sering diisi kelompok ronda bapak-bapak. Tukang cingcongfan dan tahu bulat keliling masih lewat di kompleks.
Apa? Kautanyakan kabar Mama? Mama masih seperti semula
– sering mengoceh tentang menu makan setiap hari, menceramahiku mengenai
keberadaan Tuhan dan surga-neraka, menyangkutpautkan banyak hal dengan klenik,
dan lain-lain yang pasti kauhafal.
Kalau aku? Tetap kayak dulu. Aku masih bekerja di
rumah dengan banyak keluhan dan niatan sama untuk bisa bekerja paruh waktu
suatu saat nanti. Tetap streetfeeding sore seusai kerja. Undangan mengisi kelas
dan seminar kepenulisan masih sering kuterima, termasuk memenuhi diri dengan
proyek-proyek yang tak pernah usai. Aku jadi ingat, Pa. Kau dulu sering
menegurku mengambil cuti bukan untuk jeda, melainkan justru mengerjakan proyek
lain.
Semua masih sama, Pa. Hanya terasa tidak baik-baik saja.
0 Comments:
Post a Comment