Sunday, 17 May 2020

Ceritaku Di Rumah Bersama Simba

“Simba!” panggilku cukup nyaring. Seekor kucing jalanan berwarna loreng abu-abu yang berada di seberang rumah langsung menengok ketika mendengarku.

Untuk memastikan jika aku memang memanggilnya, aku mengangkat toples berisi makanan kucing rasa tuna yang menjadi favoritnya. Simba – begitu aku menamainya – melompat dari atas tempat sampah dan berlari menyeberang jembatan menuju rumahku. Sesampainya depan rumah, Simba menerobos masuk lewat kolong pagar dengan begitu bersemangat. Lalu, ia segera makan lahap di wadah yang sudah kusiapkan di teras rumah.

Yuk kenalan! Ini Simba

Aku selalu lega melihat Simba makan di tempatku karena berarti ia tak perlu mengorek sisa makanan di tempat sampah yang membuat perutnya cacingan atau memaksa menelan tulang di warung yang membikin kerongkongannya terluka.

Banyak tetangga dan orang kompleks perumahan yang kerap memandangku penuh tanya karenanya. Bagaimana bisa kucing jalanan telantar begitu menurut ketika dipanggil? Bahkan mampu mengenali wajahku dan rute menuju rumahku? Aku tersenyum. Karena di sinilah #ceritakudarirumah dimulai.

Bermula dari streetfeeding

Sejak dua tahun lalu, aku suka sekali streetfeeding (aktivitas berbagi makanan dan minuman layak kepada hewan domestik kelaparan). Awalnya hanya spontanitas karena rasa iba melihat kucing dan anjing kelaparan di jalan raya sepulang kantor. Perlahan, aku merasa aktivitas ini menjadi terapi bagi hati dan kedalaman jiwaku. Aku memahami jika manusia bukan satu-satunya makhluk hidup di Bumi ini yang bertahan hidup setiap harinya. Dan dalam kondisi sekarang, hewan juga jadi korban terdampak pandemi.

Sejak itu, aku rutin streetfeeding terutama di lingkungan perumahanku. Simba adalah salah satu kucing di sekitar rumah yang sejak masih kecil (kitten), aku streetfeeding hingga sebesar sekarang. Maka itu, walau Simba diliarkan di lingkungan perumahan, ia akan selalu menjadi kucing penurut nan manja ketika bertemu denganku.

Awalnya interaksiku dengan Simba hanya sekadar berbagi makanan dan minuman. Namun, menjadi lebih intens sejak kantorku memberlakukan kerja dari rumah akibat pandemi. Aku jadi punya banyak waktu luang untuk bermain bersamanya.

Sekarang selama #dirumahaja, setiap kali Simba selesai makan kenyang, aku akan menyempatkan diri mengelusnya tiga kali atau memijitnya hingga ia tertidur pulas di pangkuanku. Bagiku, momen bersama Simba adalah waktu relaksasiku dari pekerjaan dan pemberitaan mengenai COVID-19 yang menggelisahkan.

Menyempatkan diri bermain bersama kucing jalanan, Simba

Simba yang mengelus kakiku seakan mengucapkan terima kasih

Bahkan, aku punya jadwal tersendiri untuk memanggil Simba makan. Kalau dulu hanya pagi sebelum berangkat kantor dan malam seusai pulang ke rumah, sekarang tiap pagi pukul tujuh, jam makan siang, dan sore pukul lima atau malam sehabis jam buka puasa, menjadi waktuku untuk memberi makan dan minum bagi Simba.

Kucing jalanan penjaga rumah

Saking seringnya aku streetfeeding Simba, kucing-kucing jalanan yang kelaparan di kompleks perumahan sering mampir ke rumahku mengekori Simba. Perlahan, panggilan Simba bahkan menjadi sinyal atau penanda waktunya makan enak bagi kucing jalanan di sekitar rumah. Hal ini membuat banyak sekali kucing jalanan sekitar rumahku yang nongkrong depan pagar, terutama pada waktu sore untuk menunggu jatah makan. Mereka tampak seperti penjaga rumah.

kucing jalanan sekitar kompleks yang menungguku streetfeeding

streetfeeding depan rumah sehabis jam buka puasa

Sampai suatu waktu, ada kurir yang bingung akan patokan menuju rumahku, dan satpam perumahan menunjuk rumahku sembari berkata, “Itu loh! Rumah yang penunggu kucingnya banyak”. Aku tertawa mendengarnya!

Walaupun harus menyisihkan sebagian uang jajan untuk membeli makanan kucing, aku tak merasa streetfeeding sebagai beban. Sebab di pandanganku, sedekah terutama di bulan suci Ramadan ini tak melulu ditujukan kepada manusia tapi bisa juga kepada hewan. Lebih penting lagi, aku melakukannya dengan bahagia terutama ketika mengetahui ada sekelompok kucing yang menggantungkan harapan baik padaku.

Seringkali aktivitasku ini kuunggah ke media sosial agar pesan kebaikan pada hewan jalanan bisa tersebar lebih luas. Aku ingin menyampaikan bahwa hewan jalanan kelaparan juga butuh kasih sayang dan kepedulian kita sebagai sejatinya manusia yang bernurani.

Berkarya lewat #PassTheCatfoodChallenge

Cerita lainnya dariku selama di rumah bersama Simba adalah aku berniat membuat  #passthecatfoodchallenge. Tantangan ini mengadopsi ide video #passthebrushchallenge yang sedang ramai di media sosial. Tapi aku berpikir untuk memodifikasinya dengan menyelipkan pesan streetfeeding.

Aku pun mengajak teman-teman aktivis perlindungan satwa yang kukenal untuk membuat karya video #passthecatfoodchallenge ini bersama-sama dari rumah. Konsepnya adalah kita bersama menunjukkan botol berisi makanan kucing ke kamera, lalu merekam secara singkat aktivitas streetfeeding kita dengan botol tersebut ke kucing jalanan sekitar rumah. Setelahnya, botol tersebut dilempar ke teman lain untuk melanjutkan aktivitas serupa. Setelahnya potongan video tersebut disatukan jadi tayangan utuh dengan pesan sederhana: Ayo streetfeeding!

Dalam proses pembuatannya, aku mengajak Simba untuk muncul di video. Seru sekali walau harus berkali-kali mengambil adegan. Setelah videonya jadi dan diunggah bersama ke akun Instagram, aku senang sekali karena menerima banyak tanggapan positif sekaligus memaknainya dalam syukur karena masih bisa berbagi kebaikan melalui karya sederhana.

Pada akhirnya aku menyadari jika memang selalu ada hikmah di balik setiap masalah dan terdapat hal baik tersembunyi di balik kondisi sulit. Hal tersebut kualami selama pandemi di bulan Ramadan ini. Walau segala aktivitas serba terbatas, tapi bukan berarti bisa berpangku tangan pada nasib. Sebaliknya, ini jadi peluang yang mendorongku untuk lebih kreatif mencari cara menebar kebaikan yang bermanfaat bagi diri dan sesama.

Tulisan ini disertakan dalam Blog Competition “Ceritaku dari Rumah” yang diselenggarakan oleh Ramadan Virtual Festival dari Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan



This entry was posted in

11 comments:

  1. Mengisahkan tentang rutinitas streetfeeding Simba dkk selama pandemi. Ku suka ceritanya, ringan dan alurnya ok bagiku. Dicerita ini juga disisipkan challenge unik di bagian terakhir untuk mengajak banyak orang untuk melakukan streetfeeding challenge. Artikel ini cocok banget menjadi pemenang kompetisi ����

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, Kak Kendrick! Makasih ya sudah menyempatkan waktu untuk baca dan mengikuti perkembangan Simba dari awal sampai sekarang juga.

      Delete
  2. Tulisan yang menarik, dan memberikan perncerahan terhadap saya yang sebelumnya tidak tahu menahu, dan tidak peduli dengan adanya kegiatan streetfeeding. Semoga kegiatan streetfeeding ke depannya dapat mendapat banyak atensi dari masyarakat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, Virgo. Semoga bisa ikutan streetfeeding juga ya setelah tahu adanya aktivitas ini :)

      Delete
  3. Wiiih, kreatif sekali untuk ide #passthecatfoodchallenge, jadi lebih bermanfaat dan bernilai ajakan positif.
    Salam untuk Simba yaa ♡

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aaaa, alaya! Terima kasih sudah berkunjung, kapan-kapan kita bikin yah #passthecatfoodchallenge juga versi kita ya

      Delete
  4. Terima kasih Kakaa ajakan untuk selalu streetfeeding-nya. Berkat Ka Vero yang selalu posting di IGS aku jadi tertarik euy buat lebih peduli lagi dengan sekitar terutama kucing-kucing di sekitaran rumah. Dulu gak pernah nyangka bakalan beli makanan kucing. Eh sekarang hampir tiap bulan belanja makanan kucing buat kucing-kucing sekitar. Thanks so much loh udah menginspirasi. Semoga menang ya Blog Competition-nya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Wilda buat apresiasinya! Dan, senang sekali akhirnya bisa ikutan streetfeeding juga. Semoga aktivitas ini kian meluas yaaaa dan banyak hewan telantar yang terbantu karenanya

      Delete
  5. suka bgt sm ide positif nya membuat video #passthecatfoodchallenge. semoga bisa bermanfaat bagi yg nonton untuk terus peduli kpd hewan yg terlantar khususnya. tetap berkarya, Kak Vero! #salamstreetfeeding��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, Lydia! Makasih ya. Bikin juga yuk buat nyebarin semangat streetfeeding hehehehehe

      Delete