“Simba!” panggilku cukup nyaring. Seekor kucing
jalanan berwarna loreng abu-abu yang berada di seberang rumah langsung menengok
ketika mendengarku.
Untuk memastikan jika aku memang memanggilnya, aku
mengangkat toples berisi makanan kucing rasa tuna yang menjadi favoritnya.
Simba – begitu aku menamainya – melompat dari atas tempat sampah dan berlari
menyeberang jembatan menuju rumahku. Sesampainya depan rumah, Simba menerobos
masuk lewat kolong pagar dengan begitu bersemangat. Lalu, ia segera makan lahap
di wadah yang sudah kusiapkan di teras rumah.
Yuk kenalan! Ini Simba |
Aku selalu lega melihat Simba makan di tempatku karena
berarti ia tak perlu mengorek sisa makanan di tempat sampah yang membuat
perutnya cacingan atau memaksa menelan tulang di warung yang membikin
kerongkongannya terluka.
Banyak tetangga dan orang kompleks perumahan yang
kerap memandangku penuh tanya karenanya. Bagaimana bisa kucing jalanan telantar
begitu menurut ketika dipanggil? Bahkan mampu mengenali wajahku dan rute menuju
rumahku? Aku tersenyum. Karena di sinilah #ceritakudarirumah dimulai.
Bermula dari streetfeeding
Sejak dua tahun lalu, aku suka sekali streetfeeding
(aktivitas berbagi makanan dan minuman layak kepada hewan domestik kelaparan).
Awalnya hanya spontanitas karena rasa iba melihat kucing dan anjing kelaparan
di jalan raya sepulang kantor. Perlahan, aku merasa aktivitas ini menjadi
terapi bagi hati dan kedalaman jiwaku. Aku memahami jika manusia bukan
satu-satunya makhluk hidup di Bumi ini yang bertahan hidup setiap harinya. Dan
dalam kondisi sekarang, hewan juga jadi korban terdampak pandemi.
Sejak itu, aku rutin streetfeeding terutama di lingkungan perumahanku. Simba adalah salah satu kucing di sekitar rumah yang sejak masih kecil (kitten), aku streetfeeding hingga sebesar sekarang. Maka itu, walau Simba diliarkan di lingkungan perumahan, ia akan selalu menjadi kucing penurut nan manja ketika bertemu denganku.
Awalnya interaksiku dengan Simba hanya sekadar berbagi
makanan dan minuman. Namun, menjadi lebih intens sejak kantorku memberlakukan
kerja dari rumah akibat pandemi. Aku jadi punya banyak waktu luang untuk
bermain bersamanya.
Sekarang selama #dirumahaja, setiap kali Simba selesai
makan kenyang, aku akan menyempatkan diri mengelusnya tiga kali atau memijitnya
hingga ia tertidur pulas di pangkuanku. Bagiku, momen bersama Simba adalah
waktu relaksasiku dari pekerjaan dan pemberitaan mengenai COVID-19 yang
menggelisahkan.
Menyempatkan diri bermain bersama kucing jalanan, Simba |
Simba yang mengelus kakiku seakan mengucapkan terima kasih |
Bahkan, aku punya jadwal tersendiri untuk memanggil Simba makan. Kalau dulu hanya pagi sebelum berangkat kantor dan malam seusai pulang ke rumah, sekarang tiap pagi pukul tujuh, jam makan siang, dan sore pukul lima atau malam sehabis jam buka puasa, menjadi waktuku untuk memberi makan dan minum bagi Simba.
Kucing jalanan penjaga rumah
Saking seringnya aku streetfeeding Simba,
kucing-kucing jalanan yang kelaparan di kompleks perumahan sering mampir ke
rumahku mengekori Simba. Perlahan, panggilan Simba bahkan menjadi sinyal atau
penanda waktunya makan enak bagi kucing jalanan di sekitar rumah. Hal ini
membuat banyak sekali kucing jalanan sekitar rumahku yang nongkrong depan pagar,
terutama pada waktu sore untuk menunggu jatah makan. Mereka tampak seperti
penjaga rumah.
kucing jalanan sekitar kompleks yang menungguku streetfeeding |
streetfeeding depan rumah sehabis jam buka puasa |
Sampai suatu waktu, ada kurir yang bingung akan
patokan menuju rumahku, dan satpam perumahan menunjuk rumahku sembari berkata, “Itu
loh! Rumah yang penunggu kucingnya banyak”. Aku tertawa mendengarnya!
Walaupun harus menyisihkan sebagian uang jajan untuk
membeli makanan kucing, aku tak merasa streetfeeding sebagai beban. Sebab
di pandanganku, sedekah terutama di bulan suci Ramadan ini tak melulu ditujukan
kepada manusia tapi bisa juga kepada hewan. Lebih penting lagi, aku
melakukannya dengan bahagia terutama ketika mengetahui ada sekelompok kucing
yang menggantungkan harapan baik padaku.
Seringkali aktivitasku ini kuunggah ke media sosial agar pesan kebaikan pada hewan jalanan bisa tersebar lebih luas. Aku ingin menyampaikan bahwa hewan jalanan kelaparan juga butuh kasih sayang dan kepedulian kita sebagai sejatinya manusia yang bernurani.
Berkarya lewat #PassTheCatfoodChallenge
Cerita lainnya dariku selama di rumah bersama Simba
adalah aku berniat membuat #passthecatfoodchallenge.
Tantangan ini mengadopsi ide video #passthebrushchallenge yang sedang ramai di
media sosial. Tapi aku berpikir untuk memodifikasinya dengan menyelipkan pesan streetfeeding.
Aku pun mengajak teman-teman aktivis perlindungan
satwa yang kukenal untuk membuat karya video #passthecatfoodchallenge ini
bersama-sama dari rumah. Konsepnya adalah kita bersama menunjukkan botol berisi
makanan kucing ke kamera, lalu merekam secara singkat aktivitas streetfeeding
kita dengan botol tersebut ke kucing jalanan sekitar rumah. Setelahnya, botol
tersebut dilempar ke teman lain untuk melanjutkan aktivitas serupa. Setelahnya
potongan video tersebut disatukan jadi tayangan utuh dengan pesan sederhana: Ayo
streetfeeding!
Dalam proses pembuatannya, aku mengajak Simba untuk muncul di video. Seru sekali walau harus berkali-kali mengambil adegan. Setelah videonya jadi dan diunggah bersama ke akun Instagram, aku senang sekali karena menerima banyak tanggapan positif sekaligus memaknainya dalam syukur karena masih bisa berbagi kebaikan melalui karya sederhana.
Pada akhirnya aku menyadari jika memang selalu ada hikmah di balik setiap masalah dan terdapat hal baik tersembunyi di balik kondisi sulit. Hal tersebut kualami selama pandemi di bulan Ramadan ini. Walau segala aktivitas serba terbatas, tapi bukan berarti bisa berpangku tangan pada nasib. Sebaliknya, ini jadi peluang yang mendorongku untuk lebih kreatif mencari cara menebar kebaikan yang bermanfaat bagi diri dan sesama.
Tulisan ini disertakan dalam Blog Competition “Ceritaku dari Rumah” yang diselenggarakan oleh Ramadan Virtual Festival dari Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan
Mengisahkan tentang rutinitas streetfeeding Simba dkk selama pandemi. Ku suka ceritanya, ringan dan alurnya ok bagiku. Dicerita ini juga disisipkan challenge unik di bagian terakhir untuk mengajak banyak orang untuk melakukan streetfeeding challenge. Artikel ini cocok banget menjadi pemenang kompetisi ����
ReplyDeleteHalo, Kak Kendrick! Makasih ya sudah menyempatkan waktu untuk baca dan mengikuti perkembangan Simba dari awal sampai sekarang juga.
DeleteTulisan yang menarik, dan memberikan perncerahan terhadap saya yang sebelumnya tidak tahu menahu, dan tidak peduli dengan adanya kegiatan streetfeeding. Semoga kegiatan streetfeeding ke depannya dapat mendapat banyak atensi dari masyarakat.
ReplyDeleteHalo, Virgo. Semoga bisa ikutan streetfeeding juga ya setelah tahu adanya aktivitas ini :)
DeleteWiiih, kreatif sekali untuk ide #passthecatfoodchallenge, jadi lebih bermanfaat dan bernilai ajakan positif.
ReplyDeleteSalam untuk Simba yaa ♡
Aaaa, alaya! Terima kasih sudah berkunjung, kapan-kapan kita bikin yah #passthecatfoodchallenge juga versi kita ya
DeleteTerima kasih Kakaa ajakan untuk selalu streetfeeding-nya. Berkat Ka Vero yang selalu posting di IGS aku jadi tertarik euy buat lebih peduli lagi dengan sekitar terutama kucing-kucing di sekitaran rumah. Dulu gak pernah nyangka bakalan beli makanan kucing. Eh sekarang hampir tiap bulan belanja makanan kucing buat kucing-kucing sekitar. Thanks so much loh udah menginspirasi. Semoga menang ya Blog Competition-nya :)
ReplyDeleteTerima kasih, Wilda buat apresiasinya! Dan, senang sekali akhirnya bisa ikutan streetfeeding juga. Semoga aktivitas ini kian meluas yaaaa dan banyak hewan telantar yang terbantu karenanya
Deletesuka bgt sm ide positif nya membuat video #passthecatfoodchallenge. semoga bisa bermanfaat bagi yg nonton untuk terus peduli kpd hewan yg terlantar khususnya. tetap berkarya, Kak Vero! #salamstreetfeeding��
ReplyDeleteHalo, Lydia! Makasih ya. Bikin juga yuk buat nyebarin semangat streetfeeding hehehehehe
DeleteGreat reaad thankyou
ReplyDelete