Tatapanmu
mengajakku menimbang perasaan masing-masing, bertanya-tanya tentang harapan
yang tak kunjung pasti: mungkinkah kita mampu mencintai lebih dari ini?” –
Violet pada Rafael dalam You Got Me.
foto diambil oleh bhante dhirapunno |
Masih tentang romansa sederhana kehidupan remaja,
inilah buku aku yang keenam setelah terakhir menerbitkan Time in a Bottle (Elex Media, 2016). Kali ini naskahnya berjodoh
dengan salah satu penerbit mayor di Jogja, Penerbit Sheila – imprint buku fiksi
dari Andi Publisher. Kalau mau membandingkan dengan lima buku aku yang
sebelumnya, novel soloku kali ini punya perjalanan yang lebih panjang dengan
proses yang lika-likunya lebih rumit. Jadi, bisa dibilang, akhirnya terbit itu
bener-bener lega banget. Dan, melalui tulisan ini, aku mau banyak berbagi
cerita jujur di balik bukunya, karena aku percaya, setiap buku memiliki
perjalanannya masing-masing hingga akhirnya mendarat hangat di pangkungan
pembaca.
Nunggu Sampai 4 Tahun
Pernah denger enggak petuah-petuah buat penulis yang
bilang harus sabar? Entah itu saat mengerjakan proses kreatifnya, atau pun pas
lagi nunggu kabar naskah? Dan, itulah yang terjadi pada novel ini! Sebenernya, You Got Me, harusnya menjadi ‘anak lahir’ku
yang kedua tepat setelah Shooting Star terbit. Karena kabar kalau naskahku
diterima itu sekitar 3-4 bulan seusai Shooting Star meluncur ke pasaran. Tapi,
yang sedihnya, terjadi beberapa hal (alasan-alasan yang mungkin tidak etis
untuk diungkapkan di sini) hingga naskahnya harus molor sampai awal tahun 2017.
Bagian paling pentingnya sih, intinya terbit juga, enggak apa nunggu lama, bisa
lihat buku sendiri dalam bentuk fisik dan mejeng di toko buku akhirnya, 4 tahun
jadi berasa 4 minggu.
Hampir 60% Kisah Nyata
Ini serius. Saat menulis novel ini, aku cukup ngebut
(baca: terburu-buru). Alasannya, aku ingin buku ini terbit tepat saat perayaan
hari kelulusan SMA-ku. Kenapa? Soalnya,
aku merangkum kisah kehidupan SMA-ku. Itu adalah jenis kisah yang cukup
dramatik untuk disebut sederhana, tapi juga terlampau tak jauh berbeda dari
yang kenangan putih abu-abu yang banyak orang punya hingga bisa dibilang
ringan. Nama karakternya pun sebagian besar tidak kusamarkan, beberapa adegan
benar terjadi – hanya saja tentunya, sebagai Tuhan dari cerita ini, aku
membumbuinya sedikit -, termasuk geng persahabatan yang digambarkan dalam novel
(itu geng sahabat beneran yang kupunya), bahkan juga bagian konflik romannya.
Bisa kukatakan kalau novel ini adalah ceritaku yang paling jujur dan apa
adanya. Karenanya, gaya berceritaku pun sedikit berbeda dengan kebanyakan
buku-buku aku yang lain. Pada novel ini, aku lebih teenlit.
Persembahan Spesial
Sssst, jika pun ada nama tokoh yang kusamarkan, itu
adalah Rafael Farel. Panggilannya Rafa. Ia adalah pemain utama dalam skenario You Got Me. Karakter ini kubentuk dari
sahabatku sendiri, aku melakukan riset dengan mengamati perilakunya, hobi dan
minatnya, sampai mewawancari dirinya. Dan, tentunya itu tidak menjadi sulit –
karena mudah untukmu menulis dan memasukkan seseorang yang sempat kamu jatuh
cintai kepada ceritamu J . Diam-diam, sebenarnya aku
mempersembahkan novel ini untuknya yang sering kujuluki lelaki jenaka (pembaca
setia blogku pasti tahu, aku pernah menjurnalkannya sembunyi-sembunyi dalam
epsiode ‘Insane’), sewaktu itu, aku berjanji pada diriku sendiri jika ini
sampai terbit, aku akan menyatakan perasaanku padanya seraya bilang, “Rafa in this story, is you. And the love isn’t
fiction, for me is real.” Sayangnya, sampai novel ini terbit, ia tak pernah
tahu ini adalah tentang dan untuknya. Kupikir aku salah menerjemahkan rasa yang
ada, itu hanya kenyamanan karena ia adalah sahabatku di mana dan kapan saja.
Sebab pada akhirnya, ia mencintai yang lain, demikian pula aku (kamu tentu tahu
tentang lelaki dalam episode AL, he has
completely had me).
Milih Judul Susah Banget
Ini makan waktu! Judul yang kusodorkan tak kunjung
di-acc. Terjadi banyak pertimbangan soal memilih judul. Awalnya aku ingin diberi
judul More Than This, karena ini
cerita tentang dua sahabat yang ragu apakah mereka bisa mencintai lebih dari
status kedekatan mereka sekarang. Tapi akhirnya dirombak lagi jadi, You Got My Yes, Just Say Yes, dan lain-lainnya. Hingga
matang pada kesepakatan: You Got Me, My
Lucky Love. Semoga kamu suka ya!
Adegan Bikin Film Pendek Beneran Ada Videonya
Saat kubilang ini 60% nyata, aku enggak bohong.
Adegan yang mana geng persahabatan Rafa-Violet sedang membuat film pendek
tentang cerita vampir Twilight yang maunya serius dan melanlokis tapi hasilnya
malah kayak parodi, filmnya beneran ada. Kamu bisa tonton lewat tautan ini.
Saranku, siapin tempat yang nyaman aja dan jauh dari jangkauan orang-orang,
karena aku jamin kamu bakal ngakak kalau nonton.
Rampung dalam Satu Setengah Bulan
Tadi aku sempet bilang kalau nulisnya ngebut. Dan
memang benar, karena akhirnya rampung dalam waktu satu setengah bulan. Walau
sedikit lebih lama jika dibanding Shooting Star yang menghabiskan hanya 2
minggu (aku menulisnya ketika libur Natal). Mungkin bisa cepat jadi karena
latar, adegan, konflik, dan semacamnya sudah sangat kukenal. Karena aku menulis
novel ini berangkat dari hal yang paling dekat dan intim denganku: lingkungan
sekolah dengan segala intrik manis-pahitnya, sahabat-sahabatku, dan tentunya
perasaan jatuh cinta diam-diamku, huehehehehe.
"Diam-diam, sebenarnya aku mempersembahkan novel ini untuknya yang sering kujuluki lelaki jenaka (pembaca setia blogku pasti tahu, aku pernah menjurnalkannya sembunyi-sembunyi dalam epsiode ‘Insane’)"
ReplyDelete^^
aku tauu gakkk? eaaaaa huehehehehe
Nggak sabar pengin baca novelnya. Congrats yaa Vero �� Keep inspiring!
ReplyDelete