Sunday, 30 April 2017

Ulang Tahun yang Diberi Ucapan Selamat (2)


Sekitar dua tahun lalu, aku pernah terlibat percakapan kecil dengan salah seorang kawan dekatku. Kubilang saat masih sekolah, aku sempat memutuskan untuk berhenti merayakan penanggalan dua puluh sembilan April. 
Orang-orang bertambah usianya setiap hari, tak melulu dihitung dengan usia tahun, sederhananya, kamu dan aku sesungguhnya menjalani setiap harinya sebagai hari lahir.
sumber gambar: http://garotasnaamoda.blogspot.co.id
Kawanku membisu. Bibirnya sempat terbuka kecil, hendak mengatakan sesuatu, sebelum kemudian mengatup lagi dengan cepatnya, tampak ragu. Kita masih terdiam. Aku menyandarkan punggung di sofa ruang baca tempatku menyeretnya untuk baca buku. Lama, pandanganku menembus dinding kaca yang menjulang tinggi bagai jendela besar: membingkai taman hijau di sisi trotoar yang bersanding dengan jalan raya. Lenggang. Tiba-tiba, ia melempar celetukan setelah lama menyimpan kalimat.
“Tapi, Ver, entah. Aku takut. Rasanya mungkin kamu benar, tapi jawabanku, aku tetap ingin merayakannya untukmu,” ujarnya kecil, dua bulat manik mata hitamnya menatapku langsung walau binarnya tampak redup. Pandangannya masih belum lepas.
Aku terpaku sejenak di sana dan memutar ulang ingatan-ingatan dua puluh sembilan April yang sudah lewat-lewat. Rasanya bagai tongkat estafet. Di tahun-tahun awal, selalu ada pesta kecil di rumah, Ibu memasak mie goreng, telor merah, kue dengan hiasan mainan dan balon-balon di atasnya yang tidak bisa dimakan, dan lilin angka yang siap ditiup. Tematik di tiap tahunnya, tak lepas dari boneka-boneka yang dipajang, yang dianggap sebagai tamu spesial pesta. Perlahan, tak ada lagi perayaan di rumah – berpindah jadi kejutan-kejutan di ruang kelas dengan kue yang datang tiba-tiba dari balik pintu, kado hasil patungan kelompok-kelompok pertemanan yang dekat, atau keisengan yang bekerja sama dengan guru. Jauh lagi, tak ada lagi perayaan di sekolah – berpindah jadi rencana-rencana sederhana di koridor-koridor kampus dengan skenario yang sama. 
Orang-orang pergi dan beranjak, tapi selalu ada yang baru datang dan berkunjung untuk mengingatkan ulang kamu istimewa.
“Ada alasan kenapa hari lahir akrab dengan pesta-pesta, Ver. Mungkin karena kelahiran memang patut dirayakan dengan bahagia, karena ini anugerah. Tuhan menyayangi mereka yang bahagia atas kehidupan yang Dia berikan. Lalu mengundang orang-orang untuk jadi bagian darinya, bukan melulu mengenai hura-hura, tapi mengajak mereka tertawa dan tersenyum bersama, sebab Ibu dan Ayah juga demikian di hari ini – tanggalnya kamu pertama kali menangis di rumah sakit saking kencangnya ingin bilang, kamu lahir dan siap menggenggam dunia lewat tangan kecilmu. Ulang tahun adalah tentang merayakan terima kasih karena kamu ada.”
Aku tersenyum. Lalu katanya, selamat ulang tahun.
Catatan:
i'm very thankful as always as usual for having all of you
 
it's me and my long distance friendship: Alaya

Kemarin, aku baru saja mengenang dua puluh sembilan Aprilku untuk ke-21 kalinya. Lalu aku merasa tanggal itu jadi istimewa bukan karena itu ialah hari lahirku, tapi karena kehadiran mereka yang membuatnya jadi spesial dan punya tempat untuk disimpan di rak-rak kenangan yang dibuka ingatan bisa membuat siapa saja tersenyum. Karenanya, bersama tulisan ini ingin kusampaikan terima kasih untuk selamat ulang tahunnya dan harapan-harapan baik yang terucap sepanjang hari. Aku berbahagia menerimanya, sebagai bagian dari kasih sayang semesta dan Tuhan karena menghadirkan mereka dalam tahun-tahun kehidupanku hingga hari ini.

0 Comments:

Post a Comment