Siapa
kamu. Bersediakah kamu menelanjangi diri lalu bersiap mengenakan kata
sebenarnya untuk menjelaskan dirimu. Percayakah kamu pada Tuhan.
Yakinkah kamu nabi-nabimu akan menjadi penyelamat dan menjemputmu saat kamu mati nanti, bukan dosa-dosamu.
Mengapa kamu suka warna hitam, dan tidak bilang saja kamu suka
oranye, ungu, merah, hijau, kuning, biru dan lain-lainnya kamu sebutkan semua
jenis warna, yang bukankah kalau dicampur akan jadi warna hitam.
sumber foto: pinterest |
Kapan terakhir kamu tertidur dan merindukan bibir salah satu perempuanmu dulu.
Apa alasanmu
begitu berani membuat seseorang merasa sangat kehilangan dan kembali dengan
keyakinan penuh kamu akan diterima dengan hati lapang terbuka. Mungkinkah kamu
sempat berpikir mengatakan pada seorang perempuan bahwa dia akan ditolak
seluruh lelaki kecuali kamu pernah menyakitinya, karena itu seperti
menempatkannya di posisi terbuang dan pilihan terakhir, sedangkan tidak ada
seorang pun yang ingin dicintai dengan cara seperti itu. Bukankah itu barbar.
Maukah kamu mencoba mengganti kemeja warna gelapmu dengan kaos hitam dan syal
setengah tergantung di leher, dan kupilihkan yang berwarna biru tua. Bisakah
kamu berhenti bersikap sok ganteng. Mengapa kamu tak pernah menjawab tantangan
untuk membongkar semua keliaran dalam kepalamu yang kamu bilang kalau
dikeluarkan akan membuatmu kelihatan lebih aneh dari alien, sedangkan mungkin
keliaran itu sudah selangkah di depanmu dan kamu hanya kalah dan malu untuk
mengakuinya. Apa yang benar-benar kamu pikirkan selain melawan Illuminati tiap
kali kamu sulit tidur menjelang pagi, karena yang terlintas di benakku adalah
bagaimana bergabung dengan Illuminati dan membunuhmu. Pernahkah kamu
beranggapan mimpi-mimpi manis adalah hal-hal yang tak pernah kita dapatkan dan
mimpi-mimpi buruk adalah cerminan diri kita sesungguhnya di dunia nyata.
Bisakah kamu berhenti memakan daging-daging sialan itu. Manakah keganjilan yang
lebih kamu suka: deja vu-deja vu yang tak terjawab atau kematian mendadak.
Siapa yang kamu lihat ketika berdiri depan cermin saat bangun di pagi hari dan
sebelum lelap di pagi hari. Pernahkah kamu bertanya bagaimana andai kita
meninggalkan satu sama lain. Apa benda peninggalan dari siapa pun itu yang
paling kamu jaga bagai jimat penyelamatmu yang kamu sembunyikan dari orang-orang
agar mereka tak tahu dan menilaimu yang tidak-tidak. Jika kamu punya kesempatan
membunuhku, apa cara paling baik yang akan kamu lakukan.
Dari mana kamu yakin untuk bilang mencintaiku dan percaya saja ketika aku mengatakan hal yang sama padamu.
Apakah kamu menganggap secangkir kopi dengan lipstik merah adalah suatu
bagian yang seksi. Kapan kamu pernah benar-benar menemukan dirimu menangis.
Lebih suka mana, meneguk minuman paling favoritmu sendirian atau menyantap makanan yang jadi alergi dan fobiamu bersama orang yang paling kamu cintai.
Terakhir, mungkinkah kita berangkat dari pertanyaan tanpa tanda tanya yang
berusaha kita temukan jawabannya pada diri masing-masing, bukan dimulai dari
perasaan yang orang-orang bilang jatuh cinta. Senyap, kamu dengar itu.
Sayang,
sampai di sini, apakah kamu menyadari kita baru saja berangkat dengan begitu
acak dan berantakannya, bersama segudang pertanyaan tanpa tanda baca sejatinya.
Bukan karena lupa, tapi mereka memang adalah sekumpulan pertanyaan yang
kehilangan kemampuannya bertanya.
Atau itu mungkin bukan pertanyaan untuk dijawab, tapi hanya kumpulan pertanyaan yang kehilangan waktu untuk diberi cerita.
*ditulis beberapa bulan lalu entah kapan, baru diunggah dengan sedikit pengeditan
0 Comments:
Post a Comment