Seperti
biasa, kamu datang dengan menyertai diri bersama kejutan-kejutan kecil. Aku
menemukan nama panggilanmu – yang kerap berganti dari nama lebah, penggalan
suku nama tengah, hingga gabungan dari ketiga nama lengkapmu – di surelku yang
sesak, pada suatu malam. Lebih dari sekali. Lalu, kemarin malam, ketika lebih
dari hitungan bulan kita saling menghilangkan diri dalam tenggat-tenggat dan
perkara perasaan yang tak pernah sekali pun benar-benar kita bincangkan, kamu
pulang lagi.
Aku mendapatimu dalam kiriman video, isinya perayaan enam tahun persahabatan kita yang pelan-pelan dipaksa lupa oleh macetnya Jakarta, kantong-kantong mata yang menebal, dan drama-drama yang dulunya kita tertawai bersama, lalu kemudian kita alami tak jauh berbeda.
sumber gambar: pinterest.com |
Alienku
sayang – demikian kita sepakat tentang panggilanmu dariku - kadang kali aku
memikirkan tentang kelinci yang ajaibnya ditarik dari topi pesulap atau kakek
Santa yang mengintip pelan-pelan dari balik cerobong asap, saat berupaya
menggambarkan kamu yang muncul dalam tiba-tiba. Itu bagian-bagian dari
kemunculan manis yang menungguinya diiringi tebak-tebakan penuh canda, yang
pada akhirnya diingat sebagai hal-hal kecil menakjubkan dari sederhana. Pada
akhirnya kita berdua menyadari, kita lupa memberi makan kanak-kanak dalam diri
kita seperti dulu mereka pernah hidup. Tapi kamu mengetuk pintu, dan
mengabarkan rindu setelah lama ia dibekap kesibukan. Kenangan kita pun ranum
sekali lagi.
Karenanya,
aku banyak mengembara akhir-akhir ini pada lima sampai enam tahun silam, saat
menemukanmu hanya dengan menengok ke belakang bangku kelas. Kamu ada di sana –
sesekali tengah bermain kecupan kecil bersama kekasihmu yang sering kamu
jahili, mencoret-coret doodle di halaman paling akhir buku tulis, mendengarkan
lagu-lagu Barat yang beatnya cepat, mencoba gaya-gaya baru mengikat rambut,
sampai berdebat dengan salah satu kawan kelas kita tentang akhir zaman. Rasanya
mudah menggantikan aktivitas-aktivitas itu dengan penggal memori lain, tapi ada
yang tidak dengan gampangnya digeser, sebab ia tidak memegangi diri pada
kepala: perasaan-perasaan ketika kita pernah melaluinya. Orang-orang mungkin lupa dengan apa yang kamu ucapkan,
lakukan, ataupun berikan kepada mereka, tapi mereka akan selalu ingat bagaimana
cara kamu membuat mereka merasa. Dan, alienku sayang, seusai membaca surelmu
dan memutar ulang video enam tahunan kita yang dibuat acak, dekapmu yang bilang
akan selalu tinggal di belakang kelas ketika pengumuman nilai ujian akhir
selesai diberi tahu, masih terasa hangatnya – bau tubuhmu yang manis stroberi
atau peach sesekali, masih tercium.
Masih begitu nyata, seperti kita
tak pernah memfoto diri untuk buku akhir tahun, layaknya kita tak pernah
berjanji untuk reuni kembali, sebab memang tak ada salah satu di antara kita
berdua yang mengucap selamat tinggal, bukan jua sampai jumpa.
Masih begitu dekat, dan aku belajar jika jarak tak memiliki arti untuk orang-orang yang benar-benar punya cinta, tak peduli itu kamu simpan di kantong saku celana jeans, di liontin yang berisi potret tua, atau di selipan struk belanja di dompet-dompet.
Masih begitu jelas, dan aku menyadari bila waktu memang punya
kesempatan untuk membuat potret-potret jadi sepia, tapi ia tak pernah mampu
menjelmakan cerita di dalamnya jadi tua.
Jadi,
alien, kapan kamu siap ke Bumi, menjemput monster kecilmu ini dan mewujudkan
rindu jadi temu-temu? Jadikan janji lebih dari sekadar tautan kelingking, tapi
bukti cinta yang kita rawat dalam persahabatan tak kunjung mati.
untukmu, si alien Gabriella Moureen
Naomi. dari sahabatmu yang sering kamu sebut si monster kecil, missing you so
bad, yet so right. Apa kabar?
0 Comments:
Post a Comment