Kita
kehilangan apa kabar – sekali lagi, dan aku tidak tahu cara menghadapinya. Aku
pun kembali bergantung pada prasangka-prasangka dan tebak-tebakan yang
jawabannya tidak tahu harus diburu kepada siapa, semuanya abu-abu, dan yang
pasti hanyalah dua hal; banyak cerita yang tertinggal dan aku yang menangis
yang kamu lewatkan. Tak apa, setidaknya aku menemukan cara menyampaikannya
padamu lewat surat-surat ini. Satu lagi, belakangan aku sibuk – lebih tepatnya
menyibukkan diri, dan menemukan fakta bahwa itu hanyalah salah satu usahaku
melupakan kamu, sedangkan kesibukan bukan serta merta menyelamatkan kita dari
seseorang, melainkan hanya menahannya sejenak sebelum meledak lebih dahsyat di
waktu-waktu sendiri. Aku mengalaminya, dan jangan kamu tanya bagaimana rasanya.
Mengerikan. Dan aku tak ingin kamu mengalaminya – andai kamu bilang tak ingin
lagi menerima surat-suratku dan siap menghentikan segala hal tentangku, aku
akan membantumu.
sumber foto: secretlyloved.tumblr.com |
Perihal
melupakan ini benar-benar serius. Aku menarik siapapun yang berlalu-lalang di
hadapanku dan melintasi layar akun media sosialku untuk bertanya bagaimana cara
mengatur lalu lintas ingatan di kepala
agar benar-benar lupa akan seseorang.
Salah
seorang lelaki kebingungan, ia hanya bilang, teruslah berusaha, kuncinya adalah
terus-menerus melupa hingga kepala itu sendiri lelah dan menyerah untuk
mengingat. Ia(seorang fotografer jalanan) seraya mengirimiku koleksi
jepretannya dengan harapan aku kembali bersemangat. Dan, gagal.
Salah
seorang lelaki terheran-heran, pada akhirnya menemuiku dan menguraikan betapa
aku mampu membuatnya terperangah dan ingin memaki dalam waktu bersamaan.
Katanya, cara terbaik melupakan adalah berhenti memikirkannya. Jangan pernah
sekalipun membalik makna lupa dan ingat, itu permainan perasaan. Aku lebam, dan
ia terus berusaha membuatku tertawa. Cukup berhasil.
Salah
seorang lelaki terkejut, ia cepat-cepat mengirimiku pesan singkat, dan aku
terlonjak karenanya. Ia katakan, telinganya selalu siap mendengar seluruh
kisahku. Satu-satunya yang harus kulakukan hanya bercerita tanpa henti, dan peraturannya,
ia tidak akan menyela, sesekali ia tanggapi jika perlu, dan ia akan selalu di
seberang sana untuk mendengarkan. Aku tertegun.
Hey,
aku teringat padamu yang bilang, andai kata aku tak lagi mampu menggerakkan
tanganku untuk menulis, kamu akan jadi tangannya. Saat aku kehilangan kemampuan
berpikir dan jadi idiot sekalipun, kamu akan senantiasa di sini menjelma mesin
otakku. Ucapanmu mengingatkanku pada kisah seorang pianis yang buntung tangan
kanannya dan menemukan seseorang lain yang menjadi tangan kanannya untuk
bermain piano – dan terciptalah permainan piano paling merdu dan teduh yang
pernah didengar semesta, karena satu sama lain telah saling menemukan
puzzle-nya yang hilang.
Tapi,
nyatanya aku bahkan kehilanganmu - seutuhnya. Kalimat-kalimatmu berkelebat
bagai kaset rusak yang sulit dimatikan. Aku menangis. Malamnya aku pergi ke
rumah Tuhan seperti biasa, berdoa hingga ratusan halaman sebuah kitab, dan aku
sama sekali belum sembuh. Tuhan pun bertanya; ke mana nama lelaki yang biasanya
kusebut dalam doa-doaku?
Aku pun bertanya,
... ke mana kamu?
0 Comments:
Post a Comment