Tuesday, 19 April 2016

Pertanyaan-pertanyaan yang Belum Selesai




Kupikir mencintai sama seperti meminum segelas cendol favoritmu. Sekalinya kamu sedang haus, tegukan pertama terasa begitu nikmat. Kedua dan ketiga juga demikian. Namun, selang beberapa lama kamu tak benar-benar lagi ingin menegaknya. Kamu bahkan dengan mudah membuangnya sebelum habis. Kamu meninggalkan gelas yang masih setengah, dengan alasan sudah tak lagi haus. Sesekali, sebelum kamu pergi meninggalkan si cendol yang belum usai kamu minum itu, bisakah kamu katakan; aku masih meminummu sama seperti aku menegukmu pertama kali?
sumber gambar: jellyfields.com
Kupikir bangku kosong yang berderet di ruang tunggu di kampusmu adalah mereka yang begitu akrab memahami selamat tinggal. Bayangkan setiap harinya bangku-bangku itu menemani orang-orang yang menunggu dan menanti entah apa kepada siapa. Mereka juga tempat bersandar bagi punggung-punggung yang lelah mencari-cari sepasang mata yang dirindui tapi sudah dicuri masa lalu. Bangku-bangku yang sama juga, yang menahan berat tubuhmu lengkap bersama kenangan-kenangan di dalamnya. Lalu, setelah selesai, orang-orang yang sempat menitipkan waktu dengan mereka, segera bergegas pergi tanpa menengok barang sekali ke belakang untuk mendesiskan terima kasih. Mungkinkah mereka lebih bijak, arif, dan tabah dari hujan bulan Juni dalam menyikapi perpisahan?
Kupikir lucu juga melihat bagaimana cahaya yang datangnya dari terang bulan dan lampu bekerja. Masing-masing sejatinya mengambil posisi gantung; bulan di langit dan lampu di langit-langit. Waktu kemunculannya juga relatif sama, dibutuhkan saat malam tiba. Juga punya keserupaan yang lainnya; memancarkan cahaya, bersinar. Lalu jika kautanyakan apa bedanya, yang satu berkas cahayanya membuatmu teduh dan ingin tidur, sedangkan yang lainnya membikin kamu terus terbangun. Penyebabnya sederhana, coba ingat ulang, siapa penggantungnya? 
Terkadang, ada pertanyaan-pertanyaan yang memang sengaja dilahirkan tanpa pasangannya. Sama seperti cerita-cerita yang dibiarkan menggantung, menemukan sendiri ending­-nya. Begitu pula nasib jawaban-jawaban.
This entry was posted in

0 Comments:

Post a Comment