Banyak
yang salah mengira, “Bicara Cinta” adalah novel. Sesungguhnya, buku “Bicara
Cinta” adalah buku self improvement/inspiratif, yang berarti masuk ke kategori
nonfiksi. Isi di dalamnya berwarna-warni meminang pelangi, dan tidak hanya
kutipan-kutipan yang bertebaran di tiap halamannya. Ada yang lain, misalnya
tiga hal ini:
1. #TemukanCintaLewat
potret buku 'Bicara Cinta' diambil dari akun instagram @novina93 |
Sejak
awal membuat naskah ini, aku dan Alberta Angela sontak setuju, ketika kita
membicarakan soal rasa, ia tak melulu tentang perkara kekasih saja. Ia lebih
universal – saking luas dan besarnya sebentuk rasa itu, kadang kali kita keliru
memperlakukannya. Akhirnya kita sepakat, membuat sebuah tagar sebagai kampanye
kecil-kecilan dari ‘Bicara Cinta’ yakni #TemukanCintaLewat, yang mengajak para
pembaca, termasuk aku dan Alberta sendiri untuk menangkap kejadian sederhana
dan tindakan kecil yang sesungguhnya mengawali hadirnya kasih dan sayang dalam
cinta. Sebab, wujud cinta bukan selalu berbentuk kiriman pesan singkat dari
pacar tersayang yang menanyakan sudah makan apa belum, tapi bisa saja lewat
senyum kecil orang asing yang kita temui di jalan di trotoar menuju
kantor/kampus. Atau lewat momen-momen lainnya, yang saking sederhana dan
kecilnya, sering kali luput dan terabaikan karena rutinitas yang menimbuninya.
‘Bicara Cinta’ berusaha memotret itu, mengajak kamu juga ikut serta bersamanya,
menyadari cinta yang mengudara.
2. Episode #Tentang
Jujur
saja – dan buat kamu yang setia dan
sering kali mengikuti tulisan-tulisanku baik di blog, novel, maupun
cerpen-cerpenku, kamu mungkin sudah tahu – aku suka sekali memnuliskan
kenangan-kenangan. Kebiasaan itu juga kutuangkan ketika menulis nonfiksi di Bicara
Cinta lewat tagar #Tentang, serta lembar-lembar nostalgia.
Ada
tiga topik tentang tiga sosok yang kutulis untuk mengundang kenangan #Tentang
mereka pada para pembaca – pada kita semua. Tiga sosok yang begitu akrab dan
dekat dengan kita; Ayah, Ibu, dan Guru. Kira-kira kapan terakhir kita
benar-benar menghadirkan sapa dan temu yang utuh pada mereka, lalu mengulang
kenangan, memelihara cinta yang pernah ada. Dan, aku kerap berkaca-kaca ketika
menulis ketiganya. Ada rindu, di sana. Masih basah.
3. Cerita Mini #Perihal
Pada
tagar #Perihal dalam buku ‘Bicara Cinta’, aku berbincang tentang suatu tema
tertentu dan bagaimana rasa berperan di sana. Ketika menulis #Perihal, aku
lebih banyak ‘semedi’ dan hening sejenak lebih lama dibanding menulis kutipan.
Alberta juga kerap membantuku – ia sering bercerita soal kenangan-kenangannya
dengan orang-orang, lalu kuinterpretasikan, kuterjemahkan, kutulis dalam
#Perihal. Aku sendiri paling suka #PerihalSepasangMata – itu membuatku teringat
pada mata yang punya banyak cerita. Bagaimana denganmu?
0 Comments:
Post a Comment