Ini postingan lanjutan dari fakta-fakta terkait 'Bicara Cinta' yang diunggah kemarin. Sengaja kubagi menjadi dua, agar tidak terlalu panjang (dan, biar lebih penasaran, hihi). Berikut ke-enam fakta lainnya, semoga menginspirasi!
6. Beberapa Quote Ditulis di atas Kertas Kalender Harian yang Bekas
Kamu
tahu kertas-kertas kalander harian? Yang tiap hari kamu sobek dan kamu buang
untuk membungkus sisa makanan kemarin, untuk coret-coretan tidak jelas, atau
untuk diremas jadi bola-bola kertas. Intinya satu: perannya tidak penting lagi
saat tanggalnya sudah lewat. Berbeda denganku, aku justru memungutnya dan
mengumpulkannya – katakan aku memang tidak ada kerjaan. Aku suka sekali memakai
sisi belakangnya yang kosong untuk menulis coretan kasar quote-ku sebelum
diketik dan dikirim.
Pernah
suatu hari aku sedang asyik makan malam, dan beberapa potong kalimat muncul di
kepalaku – kuakui, aku jarang sekali berfokus pada makanan di depan mejaku,
karena pikiranku lebih suka melalang buana ke mana-mana setiap detiknya – aku
tak mungkin berhenti makan dan membuka laptop untuk mengetik. Buku catatanku
ada di kamar dan aku malas mengambilnya. Aku pun menyobek kalender harian yang
kira-kira sudah tiga hari tidak diperbarui (baca: disobek), dan mulai menulis
di sisi belakangnya dengan bolpoin biru. Setelahnya aku kembali makan dan aku
lupa meletakkannya di mana. Alhasil sepanjang malam aku mengobrak-abrik seiis
rumah mencari si kertas kalender harian yang maha penting buatku – dan
kutemukan tersemat di laptop yang sedang menutup, entah bagaimana ceritanya
bisa ada di sana.
7. Ilustrasi yang Dibuat Di atas kertas HVS yang Dibagi Jadi 4 Bagian
Ini
cerita dari illustratorku – si manis Alberta Angela. Ia mengaku, tidak
menggambar di atas kertas A4 atau HVS full, melainkan di atas kertas putih
kosong HVS yang sudah dipotongnya jadi empat bagian, lalu diolah lagi nantinya
di Adobe. Ssst, dan beberapa di antaranya digambar dengan coretan pulpen ketika
sedang bosan di kelas.
salah satu sketsa awal yang digambar Alberta Angela |
8. Penulis dan Ilustrator Tak Pernah Sekalipun Bertemu (Long Distance Friendship)
Mungkin
ini bagian yang paling menariknya: kita berdua tidak pernah sekalipun bertemu.
Dan kenyataan lainnya yang lebih mengejutkan: bahkan sampai proyek ini
dinyatakan diterima penerbit dan siap dikejar pengerjaannya, kita tidak pernah
saling telepon-menelepon. Kita berkenalan kira-kira lima atau enam tahun yang
lalu via Plurk (benar, Plurk, bukan Facebook, Twitter, Path dsb-nya). Dari
Plurk, kita saling mengunjungi blog masing-masing, memahami tulisan dan gambar
yang saling bercengrama dan membuat kisahnya sendiri.
Kita
benar-benar menjadi sahabat pena semenjak itu, kita saling menukar kado natal,
kartu ucapan dan surat bertulisan-tangan langsung. Kita menggoreng telur
bersama di masing-masing rumah. Dan tulisan pertamaku untuk melukiskan Alberta,
berjudul ‘Menjadi temanmu adalah indah’, yang kali ini ingin kuganti jadi
‘menjadi sahabatmu adalah indah’. Kita percaya, tak ada yang kebetulan, Tuhan
telah membuat skenario perkenalan kita dengan begitu misterius dan istimewa.
Dan,
fakta lainnya, sesungguhnya kolaborasi Aan Mansyur dan Muhammad Taufik dalam
buku puisinya yang berilustrasi pun, antara penulis dan ilustrator belum perneh
bertemu. Mereka baru bertemu di acara perilisan buku kolaborasi mereka – seni
telah menyatukan mereka. Begitu juga aku dan Alberta.
9. Sebagian Besar Kegiatan Mengilustrasi Dikerjakan di Loteng, dan Menulis Dilakukan di Ruang Tamu Berpenerangan Redup
Pada
lembar profil kita berdua di halaman terakhir buku, diceritakan sedikit tentang
bagaimana kebiasaanku menulis dan kelakuan Alberta ketika menggambar (mengingatnya
membuatku tertawa, karena kita sepasang sahabat pena yang absurd). Aku punya
kesulitan yang aneh ketika menulis di pagi atau siang hari, katakanlah aku
adalah makhluk malam – yang bergairah ketika matahari mati sementara, karenanya
aku begitu aktif menulis menjelang senja menuju malam yang memanjat larut di
bawah lampu remang yang redup (saat seperti ini, aku biasanya menulis di
kertas, bukan laptop). Sedangkan Alberta, membawa laptopnya ke loteng – mungkin
juga dengan camilan dan sate kesukaannya, lalu menggambar seenaknya di sana.
Lalu, sering kali kita berusaha menggalaukan diri sendiri (bahasa kerennya:
membangun feel) sebelum mulai ‘menyerang’ kertas kosong.
Begitulah
cara kita menelurkan Bicara Cinta. – jadi, bisa lupakan soal menulis di atas
pasir putih di sebuah pantai yang romantis atau melukis di perbukitan yang
menantang.
10. Kemasan ‘Special Order’ : Dari Kertas Putih Kalender Berpita sampai Amplop Cokelat
Seharusnya.
Harusnya, special order yang kita buat – yang berhadiah kalender eksklusif Gramedia,
tanda-tangan, kartu pos Bicara Cinta, dan layanan custom pesan – dibungkus dan
dikemas dengan kalender putih yang diikat pita merah. Kesan yang ingin
diciptakan adalah manis, langsung dari sentuhan tangan kita berdua. Tapi,
nyatanya yang mendapat bagian mengurusi packaging
adalah aku – yang sebenarnya, cukup (atau sangat) kurang terampil dalam hal
membungkusi kado. Setelah kucoba satu dan dua buku kubungkus, dan kueratkan
dengan pita, lalu hasilnya: tempelan selotip di sekujur sisi kertas, dan
bentuknya sungguh mengerikan – jauh dari bentuk kotak yang diharapkan, akhirnya
diputuskan dikemas ke dalam amplop cokelat yang memang sudah rapi dari
dasarnya. Ah, bagaimanapun hatiku tetap terikat sebagai pita di tiap pesanannya
kok (baiklah, ini alibi yang tidak mempan).
Satu
lagi, ada beberapa pemesan yang aku sendiri datang ke rumahnya, menjelma kurir
mendadak untuk mengirimkan bukunya loh.
11. Penafsiran Bebas
Buat
yang penasaran dan bertanya, sebenarnya gambar yang lahir terlebih dulu baru
kutuliskan quote-nya ataukah
sebaliknya – aku membuat quotenya lalu melemparnya kepada Alberta untuk
diilustrasi? Jawabannya adalah kita melakukan keduanya. Aku katakan pada
Alberta, jangan terikat oleh tulisanku – bebaskanlah dirimu. Dan, aku juga
demikian dalam menginterpretasi gambar-gambar Alberta. Kita bebas menafsirkan.
Siapa saja di antara kita yang mendapat ide atau inspirasi – yang datangnya
suka sekali kurang ajak, karena tiba-tiba – boleh segera mengirim ke
masing-masing untuk ditafsirkan menjadi tulisan maupun gambar-gambar.
Bicara Cinta?
ReplyDeletehm..
Selalu menarik jika kita semua mulai membahasnya.
Bukan hanya karena CINTA itu indah.
Tapi juga CINTA bukanlah hal yang bisa di tebak atau bisa di bilang misterius. Karena, setiap orang punya imajinasi yang berbeda tentang CINTA dan bahkan, kadang tidak bisa di jelaskan hanya dengan kata-kata.
Saya doakan buku BICARA CINTA akan laris.
Amin :)
Hai, Chen Wang!
DeleteTerima kasih sudah mengikuti post-post behind the scene buku 'Bicara Cinta'. Iyap, sebab setiap orang punya cerita sendiri terkait sepotong rasa yang dinamai cinta. Dan, ia adalah rasa yang tak melulu berbicara soal kekasih.
Sadhu. Sudah punyakah bukunya? Jangan lupa dijemput bukunya dari toko buku ke rumahmu, hihi.
Hai juga Veronica Gabriella :)
ReplyDelete"Dan, ia adalah rasa yang tak melulu berbicara soal kekasih"
Wow..
Kata-kata kamu yang ini membuat saya terdiam beberapa menit. Kata-kata kamu membuat saya sadar bahwa banyak orang dan sekaligus saya, akan berpikir tentang kekasih kalau mendengarkan kata cinta. Sampai saya dan banyak orang ini lupa, bahwa cinta bukan hanya tentang kekasih tapi juga orang yang berada di sekitar kita. Seperti keluarga atau para sahabat.
Makasih :)
Belum nih,saya sebenarnya sedikit ragu buku kamu ada di jual di kota tempat saya tinggal atau tidak.
Soalnya di kota tempat saya tinggal tidak ada Gramedia.
Tapi saya akan mencoba untuk mencarinya :)