“...aku
baru saja ke toko buku, katanya stok bukunya sudah kosong. Jadi, aku harus cari
ke mana? Bisa beli langsung ke kamu saja?”
Pesan tersebut kuterima bahkan
sebelum special order kuluncurkan, temanku sudah melesat pergi ke toko buku,
sedangkan buku belum selesai dicetak. Aku benar-benar terkejut, ia benar-benar
menunggu bukunya rilis.
“...bisakah
pastikan aku menerimanya sebelum sebelas Februari? Aku ingin menghadiahkannya
pada kekasihku.”
Dan, seseorang tersebut adalan
pemesan pertama, membayar pada detik itu juga, dan tersenyum bahagia
membayangkan kekasihnya menerima Bicara Cinta. Aku tertegun.
“...sisakan satu buatku, ia akan jadi bahan
bacaan yang menemaniku sepanjang liburan nanti.”
Salah satu harapanku adalah buku
ini bisa jadi temanmu ke mana saja, dan terima kasih karena ia benar-benar
menjadikannya kawan perjalanan.
“...satu-satunya
alasanku mengapa memesan dan membelinya karena kamu, Ver. Kamu yang
menulisnya.”
Aku menerima banyak pesan yang
serupa, dan aku terdiam depan layar ketika membacanya.
“...buatlah
kejutan di pesannya buatku. Bibirmu, jangan lupa.”
“...aku
pesan ya! Sebab aku tahu itu caraku mendukung dan mengapresiasimu.”
“...aku
percaya padamu untuk menulis pesannya, teruntuk istriku.”
“...sebentar,
kutanyakan dulu alamat kekasihku. Bukunya nanti dikirim atas namanya, memang untuknya.”
Semuanya, percayalah, i’ll make it
sweet
Kira-kira
itulah sebagian pesan yang kuterima saat mengurus ‘special order’ buku Bicara
Cinta yang dibuka sekitar enam hari lamanya (yang kadang kala pesannya datang
dengan permintaan lucu-lucu, misal cap bibir, jejak kaki, dan lain-lain).
Pesan-pesan singkat yang masuk silih berganti (baca: jumpalitan) ke ponselku
dan Alberta Angela (si tukang gambar yang menjadi ilustrator buku). Cerita di
balik layarnya, kita memang saling membagi tugas terkait pengemasan final,
pendataan pesanan, hingga pembukuan keuangan, - namun akhirnya kita akui;
kelabakan. Sejak awal kita sudah mengiranya, ketika memutuskan untuk membuat
sesi special order kecil-kecilan yang kita urus sendiri dari A sampai Z. Tapi,
lelah-lelah yang bertingkah itu lenyap tepat saat aku menerima pesan-pesan
tersebut. Kamu tahu mengapa?
Karena ada cinta di sana.Kamu menghadirkannya.
for those who joined the special order event, you'll got my signature |
Kamu
memesannya untuk dihadiahkan di hari penting saat ulang tahun ataupun pada
tanggal merah jambu, dialamatkan pada diri sendiri agar jadi teman bersantai
membunuh waktu, demi dukungan dan apresiasi pada si pembuat, hingga ditujukan
kepada orang-orang yang dipanggil sayang.
Bicara
Cinta benar-benar membicarakan cinta ketika ada di tanganmu. Kamu membuatnya
hidup dan menyampaikan betapa kasih dan sayang hadir bergantian menjaga hati
yang siap mencinta – tak peduli ia adalah kata kerja yang berteman dengan
derita atau luka, yang penting ia hidup karena dua orang sama-sama menyuburkan
dan menumbuhkannya.
Lalu,
terima kasih sekejap saja kehilangan sandaran, karena ia bilang ini terlalu
besar untuk ia wakili. Aku terharu – kubiarkan air mata jadi bahasa lain untuk
menyuarakan aku mencintaimu.
you'll got this sweet postcard with special custom message from us, too |
Kukatakan
pada Alberta suatu hari, kita tak mungkin lelah, terlalu banyak cinta yang
menunggu. Kamu dikelilingi olehnya, perlahan ia menebang habis lelahmu dan kamu
bersemangat seperti saat kamu bangun di pagi hari untuk menemui orang yang kamu
jatuhi cinta. Dan, begitulah kita kembali bangkit. Alberta sibuk mendesain
kartu pos yang manis, dan aku meraba-raba kenangan dengan tiap nama pemesan
untuk ditulis di atasnya – nyatanya itu pekerjaan yang tidak mudah, aku
membongkar-ulang ingatanku tentang sebuah nama, dan membayangkannya. Seperti
ini; aku menemukan nama teman kecil sepermainanku yang memesan, ketika menulis
pesan untuknya aku terlempar sekali lagi saat bersepeda di sore hari bersamanya
mengeliling kompleks perumahan dengan sekantung es kelapa di tangan. Lalu,
berganti seorang nama pemesan asing tak kukenal tapi ia katakan ini untuk
istrinya, untuk kekasihnya, dan untuk-untuk lainnya, aku membayangkan buku ini
tiba di depan pintu rumah seseorang tersebut, diterima dengan pandangan
bertanya lalu tersenyum kecil mengetahui ini kejutan untuknya yang istimewa.
Hem,
dan satu lagi, buat kamu yang meminta cap bibir, kira-kira begini pesan yang
akan kamu terima (kubocorkan di sini)
“Apakah kau tahu bibirku bukan untuk halaman-halaman buku? Jika tidak, kusarankan lebih baik kau tanyakan pada bibirmu.”
Pelukku
untuk kamu semua. Sila menunggu bukunya sampai menyapamu, dan selamat
berbincang mengenai cinta, bersamanya.
Wah aku udah pesan ya
ReplyDeleteVery thoughtful blog
ReplyDelete