“And, i feel you forget me like i used to feel you breathe.” – Swift, Taylor
Sudah
episode ke empat, aku akan bertanya hal yang sering kubisikan padamu; apakah sudah
bosan, lelah, atau mungkin muak? Kamu selalu punya kesempatan untuk
mencaci-makiku, memukulku, meninjuku, atau menghajarku karenanya. Tapi aku
berani bertaruh itu tidak menyelesaikan masalah, aku menawarkan pilihan lain;
kamu bisa mencoba melupakanku, seperti yang mungkin sempat terlintas di
benakmu. Kalau begitu, bisa aku membantumu?
Salah
seorang sahabat jauhku pernah mengatakan, kita tidak pernah bisa benar-benar
melupakan seseorang, kecuali ada benturan keras atau kecelakaan parah yang
menyebabkan otak kita kehilangan ingatannya. Cara terbaik adalah bukan
melupakan, tapi merelakan; yang berarti pelan-pelan melepaskan dan menerima
jika aku hanya membuatmu lelah, dan menambah masalah.
“When i try to forget you, i just
keep on remembering.”’ – Lavigne, Avril Ramona
Ada
lagi, seniorku datang padaku dan bercerita ihwal melupakan. Pendapatnya sama,
kita tidak mungkin bisa menghilangkan atau melenyapkan seseorang dari ingatan
kita. Bahkan, orang yang sepintas lewat saja – semisal perempuan cantik nan
menarik yang tak kita kenal – bisa kita ingat terus-menerus, bagaimana dengan
orang yang setidaknya pernah menjadi bagian dari hidup kita? Saran yang ia
berikan adalah, meletakkan seseorang yang ingin kita lupakan di bagian ruang
hati kita yang lain. Biliknya ditutup, kuncinya dibuang. Biarkan saja orang itu
beserta seluruh kenangannya tersimpan rapi di sana, menahun, dan izinkan waktu
yang perlahan menghapusnya. Karena, perihal melupakan bukanlah benar-benar
tidak ingat lagi memori tentang seseorang itu. Kita tetap menjaganya, hanya
saja itu tidak lagi mempengaruhi perasaan kita.
Apakah
masih tidak berhasil? Biar kuuraikan lewat salah satu teori psikologi mengenai
melupakan. Kamu tidak bisa fokus pada seseorang itu saat sedang ingin
melupakan, yang harus kamu perhatikan adalah dirimu sendiri. Sebab ini tentang
menyembuhkan diri dari orang yang hanya menyakiti dan membebanimu seperti aku
padamu. Atau, kamu bisa mencoba melupakan jika kamu tengah melupakan itu
sendiri.
Selamat
melupakan aku, semoga berhasil – walau sesungguhnya, ketiganya pernah kulakukan
dan sama sekali tidak mendatangkan hasil yang berarti, kecuali keadaan seperti;
berkali-kali aku mencoba melupakanmu, adalah sesering itu juga aku kembali
ditarik padamu. Mungkin alasannya akan terdengar manis; karena kamu terlalu
istimewa untuk dilupakan – sebab jika ini kesalahan dan ilusi, aku akan
menjawab, ini kesalahan terbaik dan ilusi terindah yang pernah kulakukan.
Dari
perempuan yang sedang berusaha menepati janji untuk tidak berubah.
0 Comments:
Post a Comment