Apa kamu punya teman spesial sewaktu
kecil dulu – bisa saja itu serupa kawan imajiner, jin yang kamu beri nama, roh
penunggu pohon dekat rumahmu yang jadi sahabatmu atau siapapun itu, yang
menemanimu tiap harinya dan kamu nyaman dengannya karena alasan sederhana; bisa
kamu ajak mengobrol sepanjang hari dan menerima keanehanmu.
“…suatu
hari itu, aku merasakan tubuhku tak kuat lagi, bibirku begitu lelah mendaraskan
cerita. Tapi sekalinya bertemu denganmu, aku merasa hidup sekali lagi. Kamu
selalu mampu melontarkan topik yang mengajak semangat agar dipompa kembali, dan
aku tak pernah ingin kehilangan keceriaanmu di hari-hariku. Itu bagian penting
dari warna hidupku.”
Rasanya aku memilikinya – dan menemukannya.
Ia adalah perempuan mungil yang pernah kuungkapkan di sini; sosok yang sama,
yang kupanggil si peri kecil. Dan, ia nyata. Aku bisa menyentuhnya, dan ia
balik merangkulku – di tiap tautan jarinya dan gandeng tangannya, ia adalah
yang mengajarkan padaku bagaimana tersenyum di pagi hari setelah menangis di
malam harinya. Ia di sampingku dan terus berceloteh tentang apa saja – berbagi rahasia,
pengalaman yang serupa pil pahit di pangkal lidah, detak-detak jantung akan
pandangan pertama, dan hal-hal remeh-temeh lainnya; itulah ia – membuatmu tidak
hanya menjadi anehnya diri sendiri dan utuh diterimanya dalam sederhana; kamu
bisa jadi konyol dan gila terus-menerus, tapi karenanya kamu merasa seperti memiliki
seseorang. Kamu tak lagi sendiri.
“…kamu
menyulap hari-hari sebagai waktu yang gagal untuk mengucapkan selamat tinggal,
dan berganti jadi sampai jumpa. Kamu membuat aku menunggu pertemuan kita.”
Dan siang itu – ketika aku dengannya
bertingkah seperti seorang bos di sebuah resto – ia bercerita tentang masa-masa
sebelum ia jadi peri. Aku akhirnya menyadari satu hal – ia punya sepasang sayap
indah yang rapuh oleh kenangan-kenangannya; seputar kehilangan, angan, tinggal
dan remah-remah masa lalu lainnya – yang aku yakin siapapun pasti memilikinya
dan pernah pasti terluka karenanya. Ingin aku memegang wajah mungilnya dengan
tegas sekadar untuk memberinya bisik kecil, jika ia telah menjadi peri kecil
yang mampu menyihir orang lain dengan keajaiban mungil yang tak disadarinya.
“…kamu
mampu menahan seseorang untuk obrolan panjang, kamu mengetahui apa yang tak
kamu tahu, kamu menjadi diri sendiri di tiap kesempatan, berupaya menjadi kuat
dan tersenyum pada orang-orang tiap harinya. Itu semua usaha untuk menyebarkan
cinta, untuk itu kamu peri yang istimewa, Fransisca Desfourina – lihatlah, kamu
punya nama indah yang nyaman dan lembut ketika disebut. Dan, tak ada sihir jahat yang bisa merenggut.”
0 Comments:
Post a Comment