Ada
yang salah kemarin malam; aku pulang dengan sebuncah kegelisahan yang tak bisa
kuhitung; terlalu banyak dan aku terkapar sebelum aku tahu nyatanya ada yang
tengah berusaha membunuhku – mimpi buruk. Tapi aku lupa jika hidup ini adalah
dongeng itu sendiri; selalu ada peri-peri baik yang datang, mencoba mengirimkan
sihirnya untuk membantumu – seperti kurcaci yang melindungi putri. Aku memilikinya,
dan aku memanggilnya si peri kecil, perempuan mungil.
Kubilang
padanya, harusnya ia membiarkanku sendiri, tak ada yang bisa kuberikan padanya
kecuali cerita-cerita yang tak kunjung usai; semuanya tentang kisah yang tak
berkesudahan yang terus berulang di kepalaku tiap malamnya. Karenanya aku membenci
kepala ini, tiap malam aku berusaha menikamnya – dan gagal hingga hari ini; ia
menyelamatkanku berkali-kali, bahkan ketika aku tak sadar sebentar lagi akan
mati. Lalu, percakapan sederhana itu terjadi;
“…kamu
harus baca ini minimal sehari sekali, dan bilang kalau kamu menyetujuinya,”
ujarnya tegas. Aku menggeleng. Itu kalimat tentang seberapa berharganya menjadi
dirimu, dan sederetan hal yang bisa membuat orang merindukanmu jika kamu tak
ada.
“…tidak
bisa. Kalimat itu terlalu istimewa untukku.” Kulihat peri kecil itu, mulai
mengerang tidak sabar.
“…baiklah
kalau begitu, tiap harinya aku akan mengirimkan deretan kalimat ini. Setidaknya
kamu pasti akan membacanya dalam hati setiap kamu membuka pesan baru dariku.
Itu sama saja, kamu akan membacanya dan belajar menyetujuinya.”
Aku
tertegun. Dan, ia benar-benar melakukannya. Malam itu ketika aku masih
terbangun oleh mimpi-mimpi buruk itu, pesan singkatnya datang – berusaha
menyembuhkan bagian mana yang ternganga mengeluarkan darah. Pagi ini, ketika
aku terjaga dengan jutaan kunang-kunang di mata, aku menerima kalimat yang sama
– yang akhirnya menjadi kalimat rutinku setiap hari, karenanya. Itu kalimat
yang istimewa, yang mampu mengingatkanmu untuk tersenyum, bahwa cinta bisa
ditemukan dalam perlakuan sederhana dan kecil sekalipun. Dan, aku masih
menangis karenanya – karena masih ada yang bilang, jika kita tak pernah
benar-benar sendiri, selalu ada cara Tuhan menghadirkan tanganNya menyentuh
kita lewat seseorang. Dalam hal ini, aku menemukannya pada seseorang, ia adalah
si peri kecil dan perempuan mungil, Fransiska Desfourina.
Terima kasih untuk pesan-pesannya.
0 Comments:
Post a Comment