Hari ini, kita punya sepotong hari sederhana yang siap jadi milik kita. Aku membayangkan tentang sudut kafe dengan meja bundar yang menyajikan secangkir teh atau segelas kopi favorit, lalu yang kita lakukan hanyalah berbincang selamanya.
“Kau tahu apa yang paling kejam dari sebuah kenangan?”
“Kita tak akan bisa mengulangnya
lagi; benar-benar sama atau persis.”
Kita
bertemu. Lantas, kita bertanya di benak masing-masing; sesungguhnya apa yang
kita tahu tentang pertemuan ini. Aku hendak mengobrolkannya ketika teh yang
kupesan sudah datang, dan kamu melirikku penuh jenaka. Katanya aku masih sama
seperti dulu, teh tanpa gula, karenanya aku selalu bertubuh mungil dan kecil.
Candamu – yang terakhir kali kudengar mungkin setahun lalu. Sudah begitu lama,
kita berdua tahu.
Kita
diam, mengurung diri masing-masing dalam sunyi. Tapi kita selalu menyadari jika
mata kita berbicara satu sama lain, saling mengutarakan cerita di balik temu
kita ini. Temu ini bukan berarti kita tengah bersama dan mampu menyentuh secara
nyata. Namun, mengenai melepas rindu dalam peluk erat yang kerap menyelinap
dalam waktu-waktu sibuk. Berupa menukar senyum yang ditunggu, berbagi sapa yang
dirindu, dan menanyakan kabar yang hilang timbul. Saling mengakui kegilaan
kita, menertawakan diri masing-masing, dan melakukan hal-hal bodoh. Itulah kita
dulu – dan masih hingga sekarang. Karenanya, kita bertemu.
“Tak mungkin kita mengulang masa
lalu, tapi biarkan ia jadi coretan sejarah tentang kenangan yang menjadi bagian
dari album hidup kita; yang paling berharga.”
Kita
menangis; pelan-pelan dalam bisu yang menerungku. Ada janji-janji lain yang
kita tinggalkan untuk menyisakan waktu. Ada jumpalitan rasa bosan dan malas
yang berusaha kita kalahkan untuk mengembalikan kebersamaan dulu. Lalu, ada
kamu dan aku yang merawat hati dan menjaga cinta untuk menyulap rindu jadi
temu.
“Temu kita berdua adalah hasil
rancangan rindu dan kenangan masa lalu.”
Kita
pun menggila, sebab tak hanya ada kita. Banyak lagi mereka yang merindu, yang
hadir di sini bersama kita. Kita paham, ada kejutan kecil yang memberi nafas di
ruang hati kita; asal kita melepas kurungan waktu, meninggalkan sejenak
gunungan perintah di meja kerja, dan sekali lagi menjadi anak kecil yang tak
mempedulikan itu semua.
Untuk
itu, aku menyematkan terima kasih pada mereka, yang dalam waktu sibuknya secara
tiba-tiba kerap mengirimkan pesan rindu padaku dan ajakan bertemu. Mereka yang
dengan sederhananya bilang; jangan lupa
bahagia dan tersenyum hari ini.
“Ver, aku kangen! Kapan kita
ketemuan lagi?"
0 Comments:
Post a Comment