Friday, 3 April 2015

Kepada Mereka yang Mengirimkan Rindu


Hari ini, kita punya sepotong hari sederhana yang siap jadi milik kita. Aku membayangkan tentang sudut kafe dengan meja bundar yang menyajikan secangkir teh atau segelas kopi favorit, lalu yang kita lakukan hanyalah berbincang selamanya. 
“Kau tahu apa yang paling kejam dari sebuah kenangan?”
“Kita tak akan bisa mengulangnya lagi; benar-benar sama atau persis.”
Kita bertemu. Lantas, kita bertanya di benak masing-masing; sesungguhnya apa yang kita tahu tentang pertemuan ini. Aku hendak mengobrolkannya ketika teh yang kupesan sudah datang, dan kamu melirikku penuh jenaka. Katanya aku masih sama seperti dulu, teh tanpa gula, karenanya aku selalu bertubuh mungil dan kecil. Candamu – yang terakhir kali kudengar mungkin setahun lalu. Sudah begitu lama, kita berdua tahu.
Kita diam, mengurung diri masing-masing dalam sunyi. Tapi kita selalu menyadari jika mata kita berbicara satu sama lain, saling mengutarakan cerita di balik temu kita ini. Temu ini bukan berarti kita tengah bersama dan mampu menyentuh secara nyata. Namun, mengenai melepas rindu dalam peluk erat yang kerap menyelinap dalam waktu-waktu sibuk. Berupa menukar senyum yang ditunggu, berbagi sapa yang dirindu, dan menanyakan kabar yang hilang timbul. Saling mengakui kegilaan kita, menertawakan diri masing-masing, dan melakukan hal-hal bodoh. Itulah kita dulu – dan masih hingga sekarang. Karenanya, kita bertemu.
“Tak mungkin kita mengulang masa lalu, tapi biarkan ia jadi coretan sejarah tentang kenangan yang menjadi bagian dari album hidup kita; yang paling berharga.”
Kita menangis; pelan-pelan dalam bisu yang menerungku. Ada janji-janji lain yang kita tinggalkan untuk menyisakan waktu. Ada jumpalitan rasa bosan dan malas yang berusaha kita kalahkan untuk mengembalikan kebersamaan dulu. Lalu, ada kamu dan aku yang merawat hati dan menjaga cinta untuk menyulap rindu jadi temu.
“Temu kita berdua adalah hasil rancangan rindu dan kenangan masa lalu.”
Kita pun menggila, sebab tak hanya ada kita. Banyak lagi mereka yang merindu, yang hadir di sini bersama kita. Kita paham, ada kejutan kecil yang memberi nafas di ruang hati kita; asal kita melepas kurungan waktu, meninggalkan sejenak gunungan perintah di meja kerja, dan sekali lagi menjadi anak kecil yang tak mempedulikan itu semua.
Untuk itu, aku menyematkan terima kasih pada mereka, yang dalam waktu sibuknya secara tiba-tiba kerap mengirimkan pesan rindu padaku dan ajakan bertemu. Mereka yang dengan sederhananya bilang; jangan lupa bahagia dan tersenyum hari ini.
“Ver, aku kangen! Kapan kita ketemuan lagi?"

0 Comments:

Post a Comment