Kita berdua tahu, hari ini Senin;
waktu ketika bilik kerja kita tergantung kata ‘jangan menganggu’, tertimbun
kesibukkan, dan terpasung tenggat-tenggat waktu yang memacu kamu bagai robot.
Tapi ini sudah malam, saat senja sudah lewat – berarti kamu telah pulang,
beringsut menuju bangku malas dan bergelung dalam istirahat. Sudah ada jingga
yang menyentuhmu bak rumah. Lalu, hadir gelap malam yang berusaha membisikkimu
untuk lelap. Dan jika kamu pertanyakan mengapa aku hadir sekarang, karena ada
dongeng pengantar tidur untukmu. Maukah kamu mendengarnya sebelum kecupan
hangat Ibumu di dahi kepalamu menutup hari ini? Akankah kamu mendengarnya
sebelum selimut tebal membungkus tubuh mungilmu purnama ini? Inginkah kamu
mendengarnya sebelum kita bertemu dalam mimpi-mimpi? Kamu tertawa; sebagai
jawaban jika kamu akan menarik bangku, menyeduh secangkir earl grey dan mendengarkan.
Baiklah, akan kumulai dengan
kata-kata yang paling klasik; pada suatu hari. “…ada seorang pemilik toko yang
menyuruh anaknya pergi mencari rahasia kebahagiaan pada salah seorang paling
bijaksana di sebuah kastil. Anak itu bertemu dengan si bijak. Tapi, si bijak
tak memiliki banyak waktu untuk mengobrol dengan si anak. Si bijak pun hanya
memberi dua sendok teh berisi dua tetes minyak, sembari berpesan pada si anak
agar berjalan-jalan selama dua jam di kastilnya sekaligus tidak menumpahkan
tetes minyak. Ketika si anak kembali, utuh dengan dua tetes minyak di atas
sendok, si bijak bertanya apa yang si anak lihat. Si anak menggeleng, ia tahu
kastil itu bagus, tapi ia tidak menikmatinya karena terlalu fokus pada kedua
sendok. Si bijak pun menyuruh si anak untuk berjalan-jalan sekali lagi dengan
dua sendok tetes minyak yang sama, tapi kali ini si anak harus menikmati
pemandangan kastilnya. Setelahnya, si anak pun kembali. Ia sudah bisa bercerita
tentang keindahan kastil, tapi dua sendok tetes minyak itu sudah tidak ada. Si
bijak hanya berkata: ‘rahasia kebahagiaan
adalah dengan menikmati segala hal menakjubkan di dunia ini, tanpa pernah
melupakan tetes-tetes minyak di sendokmu’.”*
Hari ini aku tertegun oleh kisah
pendek itu. Kerap aku menganggap setiap hari yang ada adalah sama. Tanpa tahu jika setiap hari yang sama bisa
terjadi karena orang-orang tidak menyadari hal-hal indah yang terjadi dalam
hidup setiap harinya; seiring terbitnya matahari.* Dan, tahukah kamu; hari
ini aku bahagia – walau aku bangun dengan sejuta perasaan muram, tapi pada
akhirnya aku bahagia. Karena setiap detiknya adalah berbeda, kesempatan baru,
dan yang istimewa. Karena ada momen yang menjejak, cinta yang menyapa, dan
puisi yang menyisa. Karena ada kamu, yang aku tahu masih di sana; terjaga dan
membaca. Kamu; yang menjadi alasan fajar tersenyum, senja menyinggah, malam
meneduh, hujan turun, dan hari yang bahagia. Jadi, jangan lupa bahagia hari
ini, karena bukankah kamu tahu aku di sini; setiap harinya ... mencintaimu.
*kisah 'si anak-si bijak' (yang kuceritakan kembali di sini dengan versi pendek) dan nukilan diambil dari The Alchemist karya Paulo Coelho
0 Comments:
Post a Comment