“Rhein,
pada suatu waktu setelah bertahun-tahun lamanya sejak kamu lahir, apa kamu
pernah bertanya barang sejenak; apa arti namamu – yang kerap kali meningkahi
hujan, sederhana di antara sepotong bibir yang mengucapkannya, dan menjadi yang
paling setia melekat padamu?”
Biar kubantu, coba kamu bayangkan
tentang aliran sungai memanjang yang membelah perbatasan antarnegara. Di
sepanjang sungai itu – tepiannya, tumbuh berbagai macam bunga yang bahkan tak
akan habis kamu petik untuk dijadikan beribu-ribu karangan istimewa, lalu ada
juga rerumputan hijau yang masih perawan menyimpan sebaran bulir embun, serta
satu lagi, itu sungai yang mampu memantulkan utuhnya bayangmu di riaknya yang
teduh. Dan, pada satu titik di aliran sungai itu, tak jauh dari tepianya,
berdiri kastil – aku menyebutnya istana kecil, itu bangunan yang membawamu pada
cerita-cerita dongeng penuh keajaiban, pelangi, dan bintang-bintang mungil yang
masih menunggu. Tak ada kata yang pernah tepat untuk membingkai keindahan kuas
Tuhan melukiskan karya itu.
Namun Rhein, tahukah kamu, jika apa
yang baru kamu bayangkan tadi adalah yang terangkum dan tertangkup seutuhnya
dalam namamu. Bagian darimu. Kamu adalah aliran sungai, Rhein. Rhein adalah
sungai yang ada, yang mengalir, yang memanjang indah, yang ada di salah satu
belahan di dunia ini – yang paling memikat. Mungkin kamu tak percaya, untuk itu
kamu bisa mencari di kotak pencarian yang menjadi pekerjaanmu sehari-hari,
tentang sebuah sungai indah bernama Rhein – sungai yang membuatku jatuh cinta
berkali-kali, tiap menikmatinya. Lagipula, jika kamu tak menginginkan sungai,
kamu punya hujan, Rhein. Hujan di kedua matamu, yang pernah kubilang, mengundang
kenangan yang menjaring kalbu.
Aku selalu percaya jika nama adalah
doa. Begitu pula, aku yakin jika kelahiranmu adalah istimewa. Bukan pemberian,
tapi ia adalah anugerah. Kamu terlahir dari setubuh cinta, gumpal angan, tangkup
doa, dan penungguan yang disertai wajah-wajah ceria. Itu yang membuat setiap
orang; kamu – menjadi spesial.
Karenanya, selamat mengenang kembali
berkat dan rahmat, yang menyertai dan membentuk istimewanya tanggal tiga puluh
dalam dekapan Maret. Selamat ulang tahun,
Rhein Mahatma.
0 Comments:
Post a Comment