Sunday, 1 March 2015

Tentang Perempuan dan Permainan-permainan


Mataku berlari di atas angka-angka di kalender; hari itu tak ada tanggal khusus. Tapi aku tetap saja mendengar ledak lelatu di kejauhan, terasa janggal meletup di telingaku. Belum lagi, hari itu hujan sengaja membunuh senja hanya untuk bisa menemui malam yang perawan. Terasa ganjil di mataku; karena sebelumnya langit cerah, dan guruh tiba-tiba bertalu-talu tanpa mengirimkan mendung sebagai permisi. Lantas, aku berjalan menghampirimu di ruang kerjamu; ingin menceritakan mengapa alam berbahasa demikian. Aku tersenyum – berharap menemukan kamu yang masih sama; langit malam tetap runtuh di tubuhmu, matamu mencuri sepotong bulan, dan suaramu bersikukuh membentuk hari-hariku. Tapi, nyatanya tidak.
“Kau tahu apa yang paling menyenangkan dalam memainkan game?” tanyamu.
Hari itu, kamu bagai teka-teki. Lihatlah; kamu mengenakan pakaian yang mengingatkanku pada sejuknya subuh yang belum tersentuh. Matamu meminjam bintang sebagai binarnya. Dan, suaramu lenyap – kamu diam dan membisu. Irama langkahku mulai terdengar cepat menuju tempatmu berdiri. Tapi pertanyaan itu mengunci langkahku.
“Mungkin akhir yang menang? Sebuah kemenangan? Tantangan?”
“Lalu?”
“Kamu berhasil menguasai tiap level game itu, keluar sebagai juara, pemenang. Bosan, dan mencari game baru.”
“Lalu?”
Aku melihat seorang perempuan lain masuk ke ruang kerja ini sebagai jawabannya. Perempuan itu melangkah mendekatimu, melilitkan mafela di lehermu dan memelukmu dari belakang. Rasanya, itu karakter game barumu setelah aku. Aku tahu, kamu berharap aku jatuh, gugur dan berdarah seperti permainan-permainan yang kerap kamu mainkan. Tapi, bukankah bagian menarik dari game adalah bagaimana kamu mampu memanipulasinya?
Perempuan itu mengeluarkan sebilah pisau kecil dari balik lilitan mafela pada lehermu, sembari melengkungkan senyumnya untukku. Kamu tersentak, tapi sudah terlambat. Perempuan itu mengupas lehermu seperti mengupas mangga*.

*Kalimat ini terinspirasi dari cerpen Agus Noor #CeritaBuatParaKekasih, yang berjudul 'Seorang Wanita dan Jus Mangga
This entry was posted in

0 Comments:

Post a Comment