aku tak pernah seberani ini menulis
tentang seseorang (baiklah, baca : lelaki), dan memanggil sepenggal namanya
Al,
ini malam yang sederhana.
Siapapun
pernah memilikinya; tapi tidak dengan rasa yang berkabut, dan menempel di
permukaan kaca jendelaku. Berkencan dengan bau tanah yang menguar, karena ini
sehabis hujan. Dan, tatap mata sayumu membungkus seluruhnya dalam paket malam
yang sempurna. Semoga tak ada rerintik luka yang ikut di dalamnya.
Al,
ini malam yang pelan-pelan berperkara
Aku
teringat pada orang-orang yang pernah bertanya padaku, kapan aku akan jatuh
cinta. Sedangkan setiap hal tentang jatuh berarti sakit dan luka. Aku tertawa
ketika mengenang bagaimana kamu bilang; cinta adalah metafora dari luka. Kamu
boleh tertawa penuh menang untuk itu. Karena mungkin saja betul. Sejak aku
menuliskan tentang pangeran rembulan, si pecinta teh, lelaki bermata jenaka
hingga seseorang yang dikurung bisu, tak satupun yang bisa luput dari luka. Dan
jika ini datang padamu, aku bisa meyakinkan diri, ini jatuh yang menjelma luka
nan istimewa.
Al,
ini malam penuh cerita-cerita janggal
Seseorang
lainnya pernah bertanya padaku, mengapa aku takut jatuh cinta; sesungguhnya aku
sendiri tak mampu menjawabnya. Ketika aku jatuh cinta, aku hanya akan terus
menulis tentangnya dan berharap tidak menjadi gila.
Seperti
ketika aku merasa aku telah jatuh cinta, aku melihat rembulan seperti sebulat
bola bersinar yang diam-diam menyimpan rahasia mengerikan. Aku melihat hujan
sebagai rintik kenangan yang muram. Aku melihat tawa jenaka seakan tanda
kesedihan akan singgah. Aku melihat setubuh diam dan angan-angan adalah
puncaknya gelisah yang menuai luka. Dan, aku melihatmu; dengan tatap sayumu
yang sederhana. Lalu, aku takut jatuh cinta.
Al,
ini malam yang resah
Rasa
ini adalah puisi; seperti yang seseorang pernah tuliskan padaku, jika rasaku
adalah lembar puisi yang terbakar tiap halamannya. Untuk itu, aku tak pernah
berhenti dirundung teka-teki yang resah tentangmu. Sebab, pilihannya selalu
dua; berakhir ketika ia dimulai, atau dimulai tepat ketika ia berakhir. Tapi
hari ini, aku tidak melihat keduanya. Malam ini menawarkan pilihan lain;
halimun tipis seusai hujan yang mengundang desau angin berkabut menjadi cara
lain menyelesaikan perkara. Segalanya masih abu-abu, Al. Dan tak tahu sampai
kapanmenunggu.
0 Comments:
Post a Comment