Al,
aku tahu kamu pasti bosan, menerima suratku yang entah sudah ke berapa kalinya.
Tapi aku selalu memangku harap, semoga kamu tidak bosan membacanya, karena ini
caraku untuk menyentuhmu dan menitipkan rindu.
Ini
Natal yang basah. Aku menemukan sisa-sisa kehadiranmu pada boneka pika-pika
kuning yang teronggok diam di tepi tempat tidurku. Dan, kamu menyapaku pada
kartu-kartu Natal yang terselip rapi di antara tumpukan bacaanku. Kotak kadomu
kini berdiri sendiri di salah satu ruang senyap di sudut rumahku, debu-debu
tebal berumah di dalamnya dan laba-laba bersarang di sisi-sisinya, lalu ada
yang terlupa, kenangan kita terjaga di tiap tubuhnya. Menyenangkan untuk tahu
jika kita bertemu saat menysuuri sunyi pada dini hari, selama bertahun-tahun,
lalu menukar sekotak cinta di penghujung Natal.
Al,
jika mereka bilang; dusta jika berkata cinta mampu memangkas jarak, karena tiap
hati membutuhkan peluk yang utuh dan ciuman yang nyata. Ada yang salah. Cinta
hadir di sepanjang jarak yang ada, itu membuat rasa yang ada menguat – sadar
jika kita membutuhkan kehilangan untuk menghargai sebuah kehadiran. Sebab cium
dan peluk bukan perkara permintaan tubuh, itu tentang mengirim hangat dan
kasih. Kita buktinya, Al. Kamu membuatku jatuh cinta berkali-kali, di tiap
Natal yang hujan mengetuk jendela kamar, bahkan ketika jarak tergelar luas.
Kamu;
yang membuatku yakin, jika seharusnya ada cinta dalam persahabatan, dan ada
persahabatan dalam cinta. Kamu menjelmakan jarak jadi kebun yang terawat, menyiraminya
dengan salam-salam, doa dan semangat yang dikirimkan pada ruang obrolan
sederhana kita di tiap waktu senggang yang ada.
Kita
sepakat, Natal bukan tentang perapian hangat, lonceng gereja, pohon berhiaskan
bintang, kado dan kakek Santa. Tapi ini tentang lahirnya kasih suci yang kudus
ke dunia, menyentuh tiap jiwa. Dan, cara terbaik memperingatinya adalah merajut
cinta dan memintal kasih, dalam doa-doa hening di tengah malam yang teduh.
Sebab, bukan perapian yang membuat kita hangat, tapi cinta. Bukan rumah yang
membuat kita merasa terlindungi, tapi keluarga. Bukan kado yang membuat kita
bahagia, tapi ingatan seseorang akan kita. Bukan kakek Santa yang membuat kita
terjaga hingga pukul nol-nol tengah hari, tapi kehadiran Yesus di hati.
Dan,
padamu Al, aku tak pernah lelah membisikan kalimat ini; menjadi sahabatmu
adalah indah. Itu salah satu kado istimewa yang masih kuterima tiap tahunnya.
Selamat Natal, semoga Tuhan Yesus senantiasa lahir di kedalaman hati kita.
0 Comments:
Post a Comment