Saturday, 6 December 2014

Seseorang Ini




Aku ingin mengenalkan padamu seseorang. Aku ingin kamu menebaknya, karena aku tahu, kamu juga mengenalnya. Karena, ia begitu dekat denganmu, mungkin saja sekarang ini ia ada di sebelahmu.
Seseorang ini, adalah orang yang tetap mengangkat teleponmu di larut malam, ketika gelap mulai memucat dan mengembuskan udara dingin. Ia tetap terbangun untuk menemanimu meniti cerita-ceritamu yang terkadang itu-itu saja, kisah-kisahmu yang tidak penting, tapi menjadi penting dan berharga karenanya. Ia memastikanmu tidak sendiri di malam tanpa purnama, karena ia berjanji padamu; akan selalu ada, bahkan ketika dunia bergerak perlahan meninggalkanmu.
Seseorang ini, adalah orang yang melihat hujan di matamu ketika kamu berusaha melengkungkan pelangi di bibirmu. Ketika itu terjadi, ia berusaha untuk membawa matahari ke hadapanmu, mencoba mengusir mendung yang bergelayut di benakmu; sehujan tangis yang tak dilihat ramainya orang-orang. Ia mampu mendengar kata-kata yang tak kamu ucapkan, ia membaca diammu, ia memahami bisumu lebih dari kamu tahu. Dan di akhir, ia memelukmu karena gaduhnya pikiran yang berkecamuk dalam ruang kepalamu.
Seeorang ini, adalah ‘rumah’ kecilmu. Tempat kamu berpulang sejenak karena letih oleh suara-suara yang mampir di telingamu dan membakarmu. Ia membuatmu menjadi dirimu sendiri, tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain. Kamu menjadi nyaman akan siapa kamu ketika tertawa bersamanya. Tanpa topeng, tanpa polesan yang menutupimu. Kamu apa adanya; yang gila, yang aneh, yang berbeda. Tapi itu adalah kamu, uniknya kamu ketika menghabiskan waktu dengannya. Ia seperti perapian hangat di rumah yang ditimbuni berlapis-lapis salju Desember.
Seseorang ini, adalah orang yang pernah mengatakan padamu; “…mungkin aku tidak bisa menyelesaikan masalah yang kamu punyai sekarang, tapi aku pastikan kamu tak akan menghadapi masalah itu sendiri.” Maybe, I can’t solve your problem, but I make sure you won’t face them alone. Lalu, kamu terisak. Sebab kamu tahu, kamu tak pernah sendiri, ada ia yang tak akan letih terus menemani; dalam waktu suka-duka yang silih berganti. Ada cinta darinya yang selamanya terpatri.
Seeorang ini, adalah orang yang padanya aku ingin berterima kasih. Ia yang mengajariku cara menderai tawa, merangkai tangis menjadi kenang berarti, menapaki hari-hari, dan memulai perjalanan panjang. Ia tidak pernah berdiri di depanku dan mengangkat dirinya sebagai pemimpin. Ia tidak juga bersembunyi di belakangku dan menjelma pengekorku. Ia selalu berdiri di sampingku, mengamit tanganku dan merangkulku penuh hangat. Kau tentu tahu, ia siapa.
Seseorang ini, adalah ia yang tak pernah kamu sangka akan menjadi sedekat dan seberarti itu dalam hidupmu. Hingga kamu merasa, tak apa menukar seribu teman yang kamu punya sekarang hanya untuk seseorang ini.
Seseorang ini, adalah … sahabatmu.

Teruntuk sahabat-sahabatku. Untukku, sahabat berarti dua; orang yang selalu merajut cerita bersamaku setiap harinya dalam waktu-waktu temu. Dan, orang yang, walau bertemu denganku satu atau dua kali saja, hanya dalam temu singkat, tapi ia sudah mampu menawarkan bongkah kebersamaan untuk ruang hati. Sahabat itu adalah, Desy, Mila, Richky, Richard, Florend, Miranda, Mellyna, Fourin, Nonna, Ricky, Ventura, Nyomin Monika, Gabriella Moureen, Claudia, Ronaldo, Wildan dan banyak lainnya yang tak bisa kusebut hanya sebagai kawan. Mereka adalah sahabat, yang dari tiap tangan mereka, menggurat warnanya dalam hidupku. Terima kasih.
This entry was posted in

0 Comments:

Post a Comment