Aku
ingin mengenalkan padamu seseorang. Aku ingin kamu menebaknya, karena aku tahu,
kamu juga mengenalnya. Karena, ia begitu dekat denganmu, mungkin saja sekarang
ini ia ada di sebelahmu.
Seseorang
ini, adalah orang yang tetap mengangkat teleponmu di larut malam, ketika gelap
mulai memucat dan mengembuskan udara dingin. Ia tetap terbangun untuk
menemanimu meniti cerita-ceritamu yang terkadang itu-itu saja, kisah-kisahmu
yang tidak penting, tapi menjadi penting dan berharga karenanya. Ia memastikanmu
tidak sendiri di malam tanpa purnama, karena ia berjanji padamu; akan selalu
ada, bahkan ketika dunia bergerak perlahan meninggalkanmu.
Seseorang
ini, adalah orang yang melihat hujan di matamu ketika kamu berusaha
melengkungkan pelangi di bibirmu. Ketika itu terjadi, ia berusaha untuk membawa
matahari ke hadapanmu, mencoba mengusir mendung yang bergelayut di benakmu;
sehujan tangis yang tak dilihat ramainya orang-orang. Ia mampu mendengar
kata-kata yang tak kamu ucapkan, ia membaca diammu, ia memahami bisumu lebih
dari kamu tahu. Dan di akhir, ia memelukmu karena gaduhnya pikiran yang
berkecamuk dalam ruang kepalamu.
Seeorang
ini, adalah ‘rumah’ kecilmu. Tempat kamu berpulang sejenak karena letih oleh
suara-suara yang mampir di telingamu dan membakarmu. Ia membuatmu menjadi
dirimu sendiri, tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain. Kamu menjadi
nyaman akan siapa kamu ketika tertawa bersamanya. Tanpa topeng, tanpa polesan
yang menutupimu. Kamu apa adanya; yang gila, yang aneh, yang berbeda. Tapi itu
adalah kamu, uniknya kamu ketika menghabiskan waktu dengannya. Ia seperti
perapian hangat di rumah yang ditimbuni berlapis-lapis salju Desember.
Seseorang
ini, adalah orang yang pernah mengatakan padamu; “…mungkin aku tidak bisa menyelesaikan masalah yang kamu punyai
sekarang, tapi aku pastikan kamu tak akan menghadapi masalah itu sendiri.”
Maybe, I can’t solve your problem, but I make sure you won’t face them alone.
Lalu, kamu terisak. Sebab kamu tahu, kamu tak pernah sendiri, ada ia yang tak
akan letih terus menemani; dalam waktu suka-duka yang silih berganti. Ada cinta
darinya yang selamanya terpatri.
Seeorang
ini, adalah orang yang padanya aku ingin berterima kasih. Ia yang mengajariku
cara menderai tawa, merangkai tangis menjadi kenang berarti, menapaki
hari-hari, dan memulai perjalanan panjang. Ia tidak pernah berdiri di depanku
dan mengangkat dirinya sebagai pemimpin. Ia tidak juga bersembunyi di
belakangku dan menjelma pengekorku. Ia selalu berdiri di sampingku, mengamit
tanganku dan merangkulku penuh hangat. Kau tentu tahu, ia siapa.
Seseorang
ini, adalah ia yang tak pernah kamu sangka akan menjadi sedekat dan seberarti
itu dalam hidupmu. Hingga kamu merasa, tak apa menukar seribu teman yang kamu
punya sekarang hanya untuk seseorang ini.
Seseorang
ini, adalah … sahabatmu.
Teruntuk sahabat-sahabatku.
Untukku, sahabat berarti dua; orang yang selalu merajut cerita bersamaku setiap
harinya dalam waktu-waktu temu. Dan, orang yang, walau bertemu denganku satu
atau dua kali saja, hanya dalam temu singkat, tapi ia sudah mampu menawarkan
bongkah kebersamaan untuk ruang hati. Sahabat itu adalah, Desy, Mila, Richky,
Richard, Florend, Miranda, Mellyna, Fourin, Nonna, Ricky, Ventura, Nyomin
Monika, Gabriella Moureen, Claudia, Ronaldo, Wildan dan banyak lainnya yang tak
bisa kusebut hanya sebagai kawan. Mereka adalah sahabat, yang dari tiap tangan
mereka, menggurat warnanya dalam hidupku. Terima kasih.
0 Comments:
Post a Comment