Tuesday, 18 November 2014

She Looks So Perfect



Malam itu, seorang professor menyatakan sesuatu – seakan Tuhan mengirimnya padaku untuk menyampaikan hal ini, tak hanya padaku, tapi juga padanya dan pada mereka yang membutuhkan ini – “setiap orang pastilah berbeda, tidak sama; maka itu, untuk apa menggalaukan ketidak-samaan kita dengan orang lain. Jangan melihat kelebihan yang dimiliki orang lain sebagai kekurangan kita, padahal, sesuatu yang kita anggap sebagai kekurangan, adalah bagian dari rencana Tuhan. Maka, ikhlaslah. Because, being your ownself is being your bestself. Kamu bukan dalam keadaan mengalahkan kelebihan orang lain, tapi mengalahkan dirimu sendiri hari kemarin.”

Malam itu – juga, aku menerima pesan darinya, dari seorang kawan seperjalanan yang kukenal bertahun-tahun lamanya. Ia mengatakan jika ia bukan salah satu perempuan yang unggul, ia tidak pandai melenggak-lenggok di atas panggung catwalk mewah, ia tidak terlalu mengerti alat-alat make-up dan cara mematut diri di depan cermin, ia tidak punya cukup keberanian menggenapkan kopi darat bersama lelaki-lelaki. Ia bilang, jika ia tak melihat apa-apa dari dirinya. Tanpa tahu, jika aku melihat banyak hal darinya.
Malam itu – juga, aku menerima pesan darinya, dari seorang kawan seperjuangan yang kukenal bertahun-tahun lamanya. Ia mengatakan jika ia bukan salah satu perempuan yang menarik, ia kerap kali tidak percaya diri tampil di antara kerumunan, ia menelusuri tiap orang dengan ‘wah’ dan meniti diri sendiri dengah ‘aduh’, ia menitikkan air mata diam-diam di pertengahan malam dan berencana untuk mengubah banyak hal dari tubuh maupun tampilannya. Ia bilang, jika ia tak melihat hal yang istimewa dari dirinya. Tanpa tahu, jika aku melihat banyak dari yang dia bilang tidak ada.
Pada kawan seperjalananku itu, kubisikkan padanya; kamu punya alat-alat make up yang berbeda dari make up tools yang dijual di pasaran. Kamu membuat siapapun nyaman dan menjadi dirinya sendiri ketika bersamamu. Kamu menjelma pribadi yang asyik bagi orang-orang yang mengenalmu. Kamu cantik dengan segala ekspresi datar alami yang kamu miliki. Kamu sempurna ketika tersenyum, dan menjadi dirimu sendiri seutuhnya; itulah make up yang tak dimiliki setiap orang. Sebab, aku melihat ‘rumah’ dalam matamu dan ‘sahabat’ dalam senyumanmu.
Pada kawan seperjuanganku itu, kukatakan padanya; kamu punya alat-alat make up yang berbeda dari make up things yang ada di pasaran. Kamu menyadari tiap kesalahanmu, dan berusaha mengoreksinya sedini mungkin. Kamu menghargai hal-hal kecil. Kamu memandang dunia dengan sederhana, dan tanpa kamu tahu, kesederhaan itu yang membuatmu menarik dan tiap orang tertarik. Kamu memahami kesetiaan terlalu dini ketika orang-orang masih main-main. Kamu berusaha menyelami makna-makna sejati. Lalu, kuulang berkali-kali padamu, kamu sempurna ketika menjadi dirimu yang konyol, yang merupakan bagian dari dirimu sendiri seutuhnya; itulah make up yang tak dipunyai setiap orang. Sebab, aku menemukan ‘hangat’ dalam rangkulanmu dan ‘cinta’ dalam kebersamaanmu.
Lalu, malam itu, pada kawan-kawanku, kita berkumpul dalam satu lingkaran yang tak kasat mata. Menangis dalam bisu. Kamu tak harus menjadi supermodel sekelas dunia untuk dikatakan cantik. Kamu tak perlu menjadi professor atau mendapat gelar doktoral untuk dikatakan cerdas. Kamu tak butuh menjadi donator dan dermawan tetap untuk dikatakan baik. Kamu cukup menjadi dirimu sendiri, melakukan hal-hal baik yang kamu cintai dengan caramu sendiri, memeluk mimpi-mimpimu dan berusaha mengalahkan dirimu yang kemarin. Dan, kamu tak perlu terburu-buru. Tergesa-gesa. Cukup melangkah saja, perlahan – memulai dengan sederhana. Ingin sekali, di titik itu, aku menemuimu dan merangkulmu dalam tangis haru. Dan kukatakan ini padamu; kamu cantik. Kamu cerdas. Kamu baik. Kamu sempurna. Kamu istimewa. Aku istimewa. Dan, kita istimewa.

Kukirimkan tulisanku ini secara khusus untuk;
Desy Herawaty Susanto, aku percaya kelak aku akan melihatmu menjadi pengusaha kuliner yang menjelajah hingga luar tanah air.
Mila Mareta, aku yakin kelak aku akan melihatmu menggenapkan cinta dengan pasangan sejatimu, dan lampu-lampu panggung yang berkilau ditujukan padamu.
Kamu; yang aku percayai dan yakini; begitu cantik, begitu baik, begitu cerdas dan sempurna. Dan, istimewa – terima kasih karena telah menjadi dirimu sendiri, hari ini, esok hari, lusa hari, minggu hari dan hari-hari lain.
This entry was posted in

0 Comments:

Post a Comment