Saturday, 13 September 2014

Lelaki yang Dikurung Bisu (3)


Perempuan itu berdiri di depan cermin yang memantulkan kelebat bayangnya yang berputar-putar. Wajahnya putih polos, mendekati pucat. Ia tersenyum, rasanya seperti dulu ketika ia mencintai seseorang dan semuanya tetap sama; tak bergerak.
Langkah-langkah kecil sembari menyusuri permukaan lantai vanilla, ia menapaki tangga-tangga. Menghadapi degup-degup kecil, sesak di dada dan lirikkan malu pada seseorang; terus seperti itu sampai ia tahu jika harapan memang tidak pernah menepi.

“Aku sudah bilang, aku punya cara yang berbeda. Akan kucarikan dia perempuan yang tepat, akan aku tarik salah seorang saja dari gedung mewah ini ataukah dari kesibukkan jalan.”
Rambutnya yang berpotongan sebahu berwarna hitam legam menari-nari ketika ia berlari pergi. Bahkan ia belum pernah maju untuk mengungkapkan apa yang menjadi debat hati. Ia jua belum pernah melangkah ke hadapan lelaki (yang dikurung bisu) bercahaya lampu kota, lantas menyatakan jika ia mencintai lelaki itu karena keteduhan bisunya mirip dengan tenang pertengahan malam di bawah sunyi lampu kota; hal yang disukainya. Tapi, perempuan itu sudah bersembunyi di ruang gelap paling jauh. Katanya, ada yang lebih baik – jikapun itu adalah dirinya, ia memilih untuk jujur pada selembar kertas dan menunggu diamnya dirinya sebagai waktu-waktu tunggu.
“Terkadang, aku bermimpi untuk berbaring bersamanya di tengah jalan di bawah temaram lampu kota yang bergumul dengan berkas cahaya rembulan. Lalu dia berbagi bisu yang kusukai denganku, dan aku berbagi cerita-cerita diam yang kurangkai hanya dengan mengingat bayang atau senyumnya.”
Sebuah cermin genggam yang dipegangnya pecah. Dijatuhkannya dengan sengaja, karena ia terlalu takut melihat dirinya sendiri. Ia hanyalah perempuan bertubuh mungil, berwajah pucat yang tak menyukai polesan warna, seorang yang bisa menjelma menjadi kutu-kutu buku dimana saja dan tukang kebun kenangan.
“Aku menunggu. Seperti sebelum-sebelumnya.”
Hingga perempuan itu menghilang, mati dalam rasa yang membunuhnya.
Tahukah. Itu aku. Dan ini tentang kamu.

0 Comments:

Post a Comment