Aku
bertemu dengannya kemarin – perempuan bermafela salju. Rasanya aku tahu apa
yang membuatmu jatuh padanya. Dia duduk di sebuah resto kecil, mengenakan
sweater ungu dan tidak memesan makanan apapun, sepertinya dia menunggui
kawan-kawannya. Jari jemari lentiknya sedang mengutak-atik ponsel layar
sentuhnya. Lalu, seorang lelaki berpotongan rambut spike acak-acakkan, yang
duduk di belakangnya mulai mengajaknya berbincang. Dan, jika saja kamu ada di
sini, bersamaku melihatnya, aku yakin kamu akan berbisik putus asa padaku.
Sekali lagi kamu terlambat, maka perempuan bermafela salju itu akan berpindah
pada lelaki musim lainnya.
Tapi,
aku juga bertemu denganmu kemarin – lelaki bermata jenaka. Dan, rasanya aku
tahu apa yang membuatku jatuh padamu. Kamu tenggelam di antara kawanan
teman-temanmu, kita saling tersenyum dan aku berusaha memanggil namamu
berulang-ulang.
Aku
berangan-angan jika saja kamu tahu mengapa.
Karena aku menyukai waktu-waktu
ketika aku lepas dari perhatianku sendiri dan terjebak dalam kurungan matamu.
Karena aku terbelenggu olehmu dalam
ruang-ruang kenang yang begitu hening.
Karena aku merindukan senyum
kecilmu yang penuh, pengalahan-pengalahanmu dan perhatian-perhatian kecil yang
kita tukar tanpa harus kita sadari mengapa.
Karena aku pernah berpikir untuk
mengenakan gaun putih dimana kamu berdiri di sampingku, memberi sebulat cincin
sederhana.
Karena aku sempat mencintaimu.
Dan, karena itu pula, karena itu,
karena pula…
Karena-nya, aku menekan itu semua.
Membuang angan mengambang yang terombang-ambing itu satu persatu. Menyingkirkan
kelebat bayang akan kebersamaan kita.
Tapi, ada satu yang tak pernah
hapus dari album kalbu kita yang untukmu akan usai sejenak lagi:.
Tentang
kegilaanku.
Yang
salah satunya; mencintaimu diam-diam. Sekali lagi.
0 Comments:
Post a Comment