Kemarin
malam, aku bermimpi. Tentang kita bertiga. Maukah kamu mendengarnya? Dulu, aku
tak perlu bertanya apakah kamu siap mendengar cerita-ceritaku yang berwarna pelangi
dan hujan. Lagipula, hari depan kita berdua memang tak lagi sama.
Di
mimpiku itu, kita bertiga berada di tanah puncak yang dingin, kedua mata kita bertiga melawan gunung yang berkabut.
Malam itu, udara dingin tak hanya berhembus memainkan anak-anak rambut saja,
tapi juga memeluk hingga tulang. Gigil merayapi kita semua. Aku masih ingat –
kamu memakai jaket overcoat berwarna hijau tua nan gelap, lengkap dengan syal putih.
Dia; mengenakan kaus putih tipis yang dibungkus bersama sweater cokelatnya. Jangan
tanyakan apa yang kukenakan saat itu, tidak penting. Kita sama-sama berjalan
menlusuri kaki gunung. Dia melangkah di depan kita berdua, lalu kamu
memerhatikan kedua tangannya mulai saling memeluk, menggesek-gesek pelan untuk
mencipta kehangatan kecil. Dia mulai kedinginan.
Aku
rasa itu kesempatan terbaik yang kamu punya untuk melepas jaket overcoatmu dan
syal putihmu padanya. Aku mendorongmu menjauhiku dan mengikuti saranku. Kamu
meragu. Tapi tetap melangkah maju. Di belakang punggungmu, aku menghentikan
langkah. Cukup jauh darimu dan dia. Gigiku mulai gemeretak – menahan cengkeram
dingin sedari tadi. Tapi aku terus tersenyum dan menggigiti bawah bibirku
seolah-olah aku masih merasa hangat. Perlahan, ketika kamu siap menyampirkan jaketmu untuknya, aku
melangkah mundur dan berlari menuju vila. Ketika aku tahu kamu tak lagi akan
menengok padaku, aku mulai memeluk tubuhku sendiri. Rasanya begitu dingin –
kemeja tidur dengan celana jeans hitam belel. Dan kamu menawarkan serangkul peluk
untuknya. Gigil membunuhku sebelum aku sampai.
Aku
terbangun dengan air mata yang jatuh satu persatu. Nafasku sesak, menekan
dadaku hingga terluka. Aku sempat melihat bayangmu yang melirikku pergi – yang menjadi
mayat terkubur di antara kabut. Tapi kamu tak mengejarku untuk memastikan
apakah mungkin itu aku; yang mati karena gigil dingin ataukah terpilin-pilin rindu.
0 Comments:
Post a Comment