Di
ruang pertemuan kita – yang berbentuk kotak, kadang kala dinding ruangnya hanya
putih vanilla, lalu kamu menggantinya dengan warna krem bermotif daun gugur
atau merah muda dengan motif daun hati, di sanalah, sekitar pukul sepuluh malam
hingga satu pagi, kita bertemu. Kamu menggoreng telur, aku juga – kita sama-sama
mencoba melakukan banyak hal konyol hingga tertawa guling-guling bersama di
lantai. Tapi kita juga bisa larut dalam keseriusan, yang membuat kedua mata
kita saling menatap lurus, fokus dan berbicara. Kita biarkan lagu bersenandung
melawan rayapan sunyi. Kita izinkan radio berkicau membelah sergapan bisu. Dan,
perbincangan kita pun meluap ke permukaan tubuh malam.
“Aku
tidak pernah merasa menjadi ‘seseorang’ ataupun ‘sesuatu’. Kutengok rekam jejak
kawanku di waktu lampau hingga kini; mereka mampu mengatasi kekurangan, lantas
menambalnya edngan segudang prestasi yang teruji saat ini. Sedang aku, tetap di
sini berdiri – aku berjalan tapi seolah tidak melangkah. Aku juga merasa tidak
layak disebut cantik; aku tak pernah berkenalan dengan alat-alat make up,
mennggunakannya apalagi. Hey, lihatlah wajahku yang persegi, tidak menarik ‘tuk
diutak-atik,” ujarmu padaku kala itu, telur goreng yang kamu buat sudah
mendingin – dicicipi oleh nafas malam. Kujuga lihat manik mata hitam indahmu
mendingin, tidak padaku, bukan juga pada gelantungan bintang, tapi pada siluet
bayangmu di cermin.
Sahabatku,
di sini, di antara kata-kata yang berusaha menyuarakan pada sunyi jika sunyi
tidak melulu dihuni sepi dan hening, tapi juga ada ‘suara’ yang begitu keras
berteriak padamu. Di sini, sahabatku, bersama kalimat-kalimat yang saling
menyusun agar bermuara pada paragraf yang bersua untukmu. Untuk satu hal
sederhana yang selama ini sembunyi dan tenggelam oleh belatu-belati yang
menusuk benteng hatimu, bahwa kamu …
Kamu
adalah sahabatku yang istimewa – pernah kukatakan padamu; jika menjadi
sahabatmu adalah hal indah yang pernah ada. Kukatakan kamu istimewa, sebab,
kita tidak pernah benar-benar duduk berdua menebak rasi bintang atau membaca
konstelasi, namun aku bisa merasakan hangat pelukanmu, rangkulan sayangmu,
semangat saranmu hingga ciuman selamat tidurmu – walau kita jauhnya ribuan
kilometer. Bahkan, bisa kusentuh aroma telur yang kamu goreng di ruang
pertemuan kita hingga tawa manismu yang masih jumpalitan di telingaku. Sebab
itulah kamu, jika bukan dirimu – tak ada lagi yang istimewa.
Kamu
adalah (calon) seniman, aku memercayai dan meyakini itu – dan kamu juga harus. Aku
ingat, kamu menggambar dan sesekali memotret, saat kutanya mengapa; kuingat
jawabmu padaku. Karena kamu menyukainya, karena ada yang ingin kamu sampaikan
lewat gores tinta dan lensa kamera, dan satu yang terpenting, kamu bahagia
ketika melakukannya. Tanpa kamu tahu, itulah seniman sejati – mencipta seluruh
karyanya dengan hati yang sejati dan bahagia.
Kamu
adalah unik. Karena kamu tidak cantik lewat poles make up. Kamu cantik karena
kamu adalah karya seni terbaik Tuhan yang pernah dicipta-Nya. Karena kamu tidak
manis lewat operasi plastik. Kamu manis karena kamu terus tersenyum sampai hari
ini dan merangkul kawna-kawanmu. Karena kamu tidak cantik dan manis lewat apa
pun itu – barang bermerek, perawatan mahal hingga menyewa stylist ternama. Kamu
manis dan cantik karena menjadi dirimu sendiri.
Kamu
cantik ketika menjadi siapa dirimu. God
made you without mistake, you’re not a beauty queen, cause you’re just beautiful
to being you. And, for me, your inner beauty has defeated all the make up
things we can wear.
Kamu
manis ketika tersenyum – because, the
best make up girls can wear is SMILE. And, for me, the best smile is YOU.
Kamu
sempurna ketika kamu tahu apa yang menjadi ketidaksempurnaanmu – because, you’re perfect in your
imperfection. And, for me, the best perfection of you is when God loves you
perfectly.
Dan,
adalah istimewa menjadi kamu. Dirimu sendiri. Diriku sendiri. Diri kita sendiri. Kita cantik.
Teruntuk
sahabat the best one-ku, AlbertaAngela. We’re awesome and we know it,
right?
The diction is simply beautiful without trying so hard.
ReplyDeleteThanks my best one, Perooo :'3
ReplyDeleteSpeechless bacanya :D