Aku
selalu menyukaimu. Saat yang lain mengatakan padaku untuk tenggelam dalam buai
simfoni malam. Ketika yang lain mendesakku untuk berhenti menantang malam. Di
samping yang lain memintaku untuk tidak mencumbui radio malam. Kau datang;
tidak di sebelahku, tidak juga di depanku, tidak di belakangku. Tidak dimanapun
yang mereka harapkan dekat denganku. Lalu, aku kerap kali bergurau tentang
bagaimana kau muncul dimana-mana. Kau hanya tersenyum simpul dengan penuh jenaka.
Sekali lagi, tanpa kau tahu, kau berhasil menerbitkan seulas senyum kecil di
bibirku. Di sunyinya pertengahan malam. Di heningnya cengrama malam. Di diamnya
tubuh malam. Kita tertawa hingga larut dalam lelap.
Aku
selalu menyukaimu. Kau mungkin tak pernah tahu, sebab kita selalu bersembunyi
dibalik kata kawan, teman, sahabat, saudara bertahun-tahun ataupun apapun itu yang menggambarkan ketidakmampuan
aku maupun kamu untuk mengungkap rasa. Tapi, jikalau saja kau bisa menjajaki
ruang hati ini; yang tiap pertengahan malamnya, selalu senyap oleh
buncah-buncah rindu akan bayangmu, selalu terluka oleh momen lampau akanmu yang
tak akan terulang. Jikalau saja kau bisa menyelam lebih jauh ke dalam mata ini;
yang tiap menyapamu, selalu berbinar, selalu mencari celah waktu untuk singgah manik
matamu yang sering kali kau mainkan.
Aku
selalu menyukaimu. Dan, apabila kau jawab bisa, maka kau akan tahu satu hal;
ini pendam rasa yang begitu indah yang pernah kutahu. Tak perlu banyak kata
untuk mengurainya. Hanya perlu dua hati yang berani untuk berkata iya. Maka, ia
akan terajut dengan sendirinya. Bukan aku lagi yang harus terus menulis
tentangmu agar tidak terlupa. Bukan kau lagi yang harus bertanya tentangku agar
tidak tersamar. Bukan kita lagi yang harus ragu mencipta janji. Tapi,
sebongkah rasa yang akan berbicara. Tentang kita dan bisik hati yang tak
tersampaikan.
Dan,
dua kata itu berganti …
Aku selalu mencintaimu.
0 Comments:
Post a Comment