Malam
ini untuk pertama kalinya, aku berhenti menuliskan kisah kita. Sebab kau
bilang, ini sebuah kesalahan. Kita berjanji untuk bertemu di tubuh subuh, pukul
satu atau dua pagi. Seperti biasa, setelah mencumbui sunyi dan menyetubuhi
malam, kita kembali bertemu. Menukar obrol panjang layaknya sahabat yang tak
bertemu sekian lamanya waktu. Namun, senja saja belum benar-benar beranjak, kau
sudah menyapaku. Kau bilang, ada yang ingin diceritakan. Tentang remuknya
hatimu. Tentang hal-hal lampau yang masih menjeratmu. Dan kutepuk pundakmu;
cinta itu layaknya permainan truth or dare. Berani jujur mengungkap perasaanmu
ataukah memilih tantangan untuk jatuh pada segala resiko akan luka.
Malam
ini untuk kedua kalinya, aku berhenti menuliskan kisah kita. Sebab kau bilang,
ini sebuah kesalahan. Kau jelaskan padaku sekali lagi bagaimana seseorang dari
pigura masa lalumu membayangimu terus-menerus. Bagaimana kau pertama kali
bertemu dengannya, menyebut namanya dengan panggilan yang berbeda, menghabiskan
waktu bersamanya; waktu yang kau bilang terindah yang pernah kau lewati, dan
menyentuhnya dengan penuh perhatian.
Malam
ini untuk ketiga kalinya, aku berhenti menuliskan kisah kita. Sebab kau bilang,
ini sebuah kesalahan. Aku merengut dari ruang tempat kita bergurau, saat kutahu
kau bilang rasa ini hanya menyiksa. Sedangkan kau sendiri tak pernah tahu mana
yang lebih menyiksa, melihat kau sudah menjelma budak masa lampau karena sebuah
kesalahan yang kita tahu ataukah ketidakmampuan kau beranjak dari seseorang
yang membuang rasa.
Maka,
malam ini untuk terakhir kalinya, aku tetap melanjutkan tulisan akan kisah
kita. Biarlah masa lalumu tetap menjadi sebuah kesalahan. Tanpa kau tahu, jika
aku pun telah melakukan kesalahan.
Aku adalah sebuah kesalahan ketika
mencintamu. Dan kau adalah sebuah kesalahan itu.
0 Comments:
Post a Comment