Jujur atau berani. Mereka tahu, aku akan
selalu memilih jujur dalam permainan putar botol ini. Tapi, di salah satu
selang waktu, ketika semuanya tentang kamu, kamu tahu aku akan memilih berani.
Lalu, kamu mulai bermain-main. Mengajakku mengguraukan rindu; antara menguatkan
rasa ataukah hanya membuka luka yang baru. Kamu tak mau tahu, kamu hanya ingin
bermain dengan rindu. Menguji kuatnya rasa dengan menunggu. Tanpa tahu itu
membuatku terbunuh.
“Ini jenis rasa yang melelahkan. Membuatmu
kehilangan rangkaian kata ketika hendak mengobrol padanya, padahal kamu sudah
menyiapkan sejuta rencana. Namun berakhir dengan merajut hening lewat bisu.
Setelahnya, hanya terseok-seok di malam sunyi, menyesalkan memori bersamanya
yang hanya bersisa kenang diam.” – keluh temanku suatu waktu mengantarku pada ranumnya ingatan tentangmu.
Walau denganmu, tak ada gugup yang
membuat kata tak sanggup. Tiada pertanyaan rumit yang menuntut jawab atas
sekelumit perintah hati yang hanya berkelit. Tidak ada resah yang harus diredam
dengan susah payah.
Tapi, masih ada gelisah hati yang
menimbang-nimbang akan harapan. Mengais asa yang terus bertanya kapan ia harus
menepi. Menerka-nerka apakah kebersamaan ini akan berujung pada kubangan rindu
yang menyiksa di pertengahan malam. Lantas meninggalkan keping memori yang
dibiarkan lebam ditikung sejarah.
Tentangmu, selalu saja ada yang ingin
dijarah. Walau hanya berbekal sepotong hati yang berdarah. Lelah.
0 Comments:
Post a Comment