Lalu, kukatupkan buku yang tengah
terbuka di depanku. Lelah berpura-pura membacanya, ketika justru aku tengah
berusaha membacamu yang mengambil duduk di belakangku. Tak jauh. Hanya
dipisahkan oleh sebuah meja bundar tua yang kakinya sedikit reyot. Malam kian
larut, mengisahkan carut marut akan lalu lalang orang yang makin kalut. Kau
tetap tenang dalam diammu, menikmati alunan klasik yang merangkak di dinding
krem kafe. Aku tak tahu akankah aku mampu mencintaimu lebih dari ini.
Dari bingkai kaca mataku yang melirikmu dalam
bisu, melihatmu ketika keramaian menenggelamkanku dan menyentuhmu saat sejuta
alasan sudah kugenggam. Rasa itu menyeruak. Matamu tetap memaku, tidak
beranjak, mengisahkan beribu kisah bimbang. Dan, kau menepuk pundakku pelan,
memilin ujung rambutku dengan jahilnya, lalu kau berikan tatap jenaka itu.
Matamu menawariku sebongkah rasa untuk dijajaki. Tatapmu mengajakku menimbang
perasaan masing-masing. Apakah kita mampu saling mencintai lebih dari ini.
Sudah lama sekali, aku menunggu
pertemuan ini. Tanpa apapun, kecuali membawa angan-angan akan masa depan
setelah detik ini. Apakah mampu menakhlukkan jarak dan mengelabui waktu.
Bertanya-tanya tentang harapan. Yang tak kunjung berujung pasti. Dan, kamu
sibuk dengan masa lalu, masih berjalan-jalan di lembar silam, meniti tiap untai
rasa yang katanya belum usai. Kau pun tak mampu menjawab akankah kita mampu mencintai
lebih dari ini.
Kau menjejalkan kenang bisu di antara
kita ini dengan sebuah lagu dari grup musik favoritmu yang kau putar
berulang-ulang kali. Kau tahu, aku sering mengatakan ini padamu yang bersikeras
jika lagu hanyalah sebuah lagu. Bahwa, untukku, dibalik lagu apa yang
didengarkan seseorang, selalu terselip nyanyian hati yang ingin disampaikan.
Tapi, balasmu membuatku dikunci sunyi yang membunuh; lagu bahkan tak mampu
merangkai lirik kata dan nada yang tepat tentang apakah kau dan aku mampu mencintai
lebih dari ini.
Kau masih dikurung masa lalu. Kau
bilang, masih ada sisa harap agar ia akan berpulang, kembali bersandar pada
bahumu dan kembali seperti awal saat kau berbinar bercerita akan indahnya rasa
pertama. Tapi semua hanya meninggalkan serpih peristiwa dulu, dan kini tentang
membuka hati baru. Dan kau katakan, akan mencarinya. Jauh dari tempat kita
menata hati sekarang ini. Jadi, kujawab, aku tahu akhir dari pertemuan kita
yang kutunggu ini.
Andai saja kita lebih berani mengatakan
iya, mungkin tak akan ada cerita sedih lainnya tentang kita yang tak mampu mencintai
lebih dari ini.
“...it just don’t feel right, cause i
can love you more than this.”
– More Than This, One Direction
– More Than This, One Direction
0 Comments:
Post a Comment