Hey, aku masih sama seperti yang dulu.
Aku yang kau kenal bertahun-tahun silam.
Dengan sepeda merah butut berkarat, bersepeda di langit senja yang bergerak
menyapa rembulan. Yang biasa kau ajak membeli gorengan di pinggir jalan dengan
sekantung es kelapa. Berkeliling komplek perumahan dalam dan mengoleksi
stiker-stiker tokoh kartun. Bermain masak-masakkan dengan dedaunan kering.
Membangun istana boneka di teras rumah.
Aku; masih aku yang dulu. Yang bisa kau
ajak bermain benteng-bentengan, lompat tali karet, tapak gunung, batu tujuh dan
semua permainan tradisional lainnya. Yang sering menemanimu pergi ke warnet dan
browsing tentang lagu-lagu Michael Jackson. Atau, yang selalu membeli
komik-komik Paman Gober, lalu kita saling bertukar komiknya bersama.
Aku, tetap yang dulu. Orang yang kau
kenal dengan sejuta ketakutan akan ketinggian. Atau mungkin, salah satu yang
masih kau ingat, aku adalah aku yang sama, yang bertukar diari harian denganmu.
Mewarnai lembar diari masing-masing dengan warna kesukaan kita, ungu. Kita suka
sekali menyebut diri kita dengan kompak; Gadis Ungu.
Aku; masih dan akan selalu menjadi yang
dulu. Yang menangis bersamamu. Yang saling berjanji untuk menjadi cinderella.
Yang bermain voli di kala sore pada lapangan sekolah yang sudah mulai sepi.
Jika sekali saja, bisa kuputar waktu,
sebelum kau berbalik dan berjalan di belakangku tanpa menengok lagi, ingin
kuteriakkan padamu; aku tetap di sini. Tidak menjadi orang lain, selain jadi
aku yang dulu.
Hanya saja, sekarang di sini, aku
berkubang pada kenangan kita yang lalu. Lantas bertanya, apakah kamu tetap
menjadi sama, seperti kamu yang dulu? Atau aku yang begitu dungu, masih
bertanya tentang kita yang dulu. Sedangkan semuanya telah jadi yang baru.
0 Comments:
Post a Comment