Saturday, 26 October 2013

I Almost Do

"I bet you’re sitting in your chair by the window, looking out at the city and sometimes you wonder about me…"

Aku membayangkan di suatu siang saat kita sudah menggenapi kata pisah, kamu menarik bangku mendekati sebuah jendela apartemen yang besar. Jendela kaca dengan setengah gorden putih vanilla yang menutupinya. Di balik jendela yang membingkai lalu lalang kesibukkan perkotaan dan merekam keremangan lampu kota. Lalu, kamu melempar arah pandangmu ke luar jendela, manik mata hitammu menyapu teduh, membuka banyak kisah akan bayang silam. Aku pun kembali pada kesadaranku, bertanya; apakah ada siluet bayangku ketika bayang silam itu menghinggapi ruang pikirmu? Aku memejamkan mata, banyak hal yang kusesali pada akhirnya. Bukan sesal karena aku tak pernah mampu membuatmu tetap tinggal, tapi karena banyak hal yang tak kulakukan, hanya diam di ruang benak sebagai keping kenangan yang menggores luka.  
And the ‘almost do’ memories…
Kamu tak pernah tahu, jika aku pernah hampir menuliskan sebuah puisi dan menyelipkannya dalam amplop tertutup dengan dua kantung teh, sebagai ajakan kencan teh di hari senja.
Kamu tak pernah tahu, jika aku hampir berkata jika puisi yang pernah termuat di salah satu majalah, yang mengisahkan tentang selipan rasa tak terucap di antara hujan, itu adalah untukmu.
Kamu tak pernah tahu, jika aku hampir ingin menyerahkan novel pertamaku di sebuah pesta perpisahan sekolah kita nantinya dan mengatakan tiga kata sederhana yang membunuhku selama 2 tahun ini; aku mencintaimu.
Kamu tak pernah tahu, jika aku hampir berkata iya untuk menemanimu pergi pada suatu kegiatan yang tak ingin kuhadiri.
Kamu tak pernah tahu, jika aku hampir ingin mengajakmu bermain hujan dan bercakap bersama teh hangat di saat hujan merintik di hadapan lorong sekolah kita.
Apa kamu mengetahuinya?
And the ‘remember when’ moment…
Aku ingat saat aku berjalan di lorong kelas dengan kepala menunduk, kamu juga tengah melangkah di depanku, lalu kita menabrak di satu titik. Aku mendongak, menemukan matamu; kamu berhasil membunuh semua ragu yang pernah singgah di benakku.
Aku ingat saat aku membuka pintu kelas, di saat bersamaan, kamu di kelas berbeda juga tengah membuka pintu kelas. Kita bersamaan ke luar dari kelas tanpa janji, saling menatap, apa sebuah kebetulan? Aku hanya tahu rasa itu seketika membuncah dan terasa nyata.
Aku ingat saat kamu berdiri dibalik belakang pintu dan aku didepan pintu, kita membuka pintu itu bersamaan. Sekali lagi, aku menabrakmu, dan matamu menghentikan tiap detik waktu yang tengah berjalan, membuat nafasku sesak.
Apa kamu mengingatnya?
Saat sahabatku bertanya mengapa aku menyukaimu dan berujung mencintaimu dalam pendam rasa yang membuat hati lebam, aku hanya menjawab sederhana. Aku hanya jatuh dan tenggelam pada tatap dalam matamu. Matamu menjerat sejuta kenangan dan membuka banyak kisah. Sesederhana itu.
“I bet you’re sitting in your chair by the window looking out at the city, and I hope sometimes you wonder about me…”
On playing Taylor Swift - I Almost Do.

0 Comments:

Post a Comment