Di lorong tunggu ini, aku mengais harap, terbunuh rindu |
Aku
duduk di sebuah lorong tunggu, membungkus diri dalam gumpalan kenangan.
Terjerat dalam hitung waktu yang menyiksa; menyadari tak ada lagi sisa harap
yang bisa kudekap. Aku selalu takut rasa itu akan lesap menyisakan ruang hati
senyap. Lantunan lagu-lagu menari di telingaku, memainkan simfoni yang mewakili
hati yang tengah berdarah ditingkahi luka. Detik waktu terus berjalan, lorong
tunggu di tengah keramaian itu bergerak sepi. Meninggalkanku dengan genang air
mata sendiri. Menunggumu adalah harap yang tak akan terpatri. Lorong tunggu itu
berakhir dengan sunyi. Kamu tak pernah datang.
“This
is the last time I’m asking you why, you break my heart in the blink of an eye…” - Taylor Swift, The Last Time
Aku
menggenggam ponselku erat. Bayangmu hanya berkelebat tanpa satu pun yang
singgah dengan nyata. Melemparku pada waktu lalu, saat aku berjalan di seberang
kelasmu. Langkah kakiku terasa berat, karena aku tahu, ruang kelas itu tengah
mengurungmu bersamanya. Sejak itu, aku tak pernah mendapati tatap teduhmu. Tak
ada lagi hangat teh yang memeluk hujan.
“Dear you; a cup of tea. I’m no one special.
Just another wide-eyed girl who desperately in love with you. Through rain, I
slipped the unspoken love of you.”
Sekali
lagi, aku menyadari, yang kubutuhkan hanya ruang bisu untuk mencintaimu. Cinta
yang tak mampu kuterjemahkan. Sebuah rasa yang tersamarkan oleh hujan. Rasa
yang sudah kutitipkan di antara rinai hujan sebagai cinta yang tak terucapkan.
Biar rasa itu hanyut dan utuh menjadi kenang akan rahasia rasa. Walau saja kamu
tahu, banyak hal yang tak kulakukan, sesungguhnya sempat ingin kulakukan, salah
satunya; memberimu sebuah amplop yang dipenuhi puisi-puisi dengan sekantung teh
di dalamnya. Kita tak perlu menjawab pertanyaan mengenai cinta, cukup duduk
tenang di bawah senja di balik jendela, lalu menikmati secangkir teh hangat
bersama.
“I know it’s simple name, everything
has changed…” - Taylor Swift, Everything Has Changed
Tapi,
kamu tak pernah datang. Lorong tunggu itu menyisa berkas-berkas sunyi yang
hanya menusuk hati sore ini.
0 Comments:
Post a Comment