"Aku bukan gadis manis itu. Bukan gadis yang duduk anggun dan tersenyum pelan, lalu akan diingat oleh banyak pasang mata. Aku hanya gadis yang memilih sudut ruang sebagai tempat terbaik untuk merangkai kata dan melukismu dalam diam yang berdarah."
Sepenggal
siang di tengah desakkan hujan yang masih ingin menitik walau terik matahari
siang menukik langit, aku bersandar di dinding sekolah lantai tiga. Seseorang
ikut bersandar di sampingku, menikmati desir angin siang yang kering. Sejuk
hujan benar-benar habis dimakan panas matahari. Dan, kalimat singkat itu
berdialog.
Aku
ingat, kita duduk dalam sebuah mobil yang melaju kencang membawa kita pada satu
tujuan. Kamu duduk dibelakangku, lebih memilih tertawa bersama. Lalu sejenak
kemudian, berpindah ke sebelah gadis yang kutahu, kamu begitu menjaganya. Detik-detik
setelahnya begitu suliit, karena aku duduk menyendiri di balik jendela,
menikmati rasa sakit sunyi dengan pemandangan pohon-pohon yang terasa bergerak
di luar sana. Dengan alunan melodi-melodi gundah, aku berharap waktu bisa
segera habis. Jika saja, kamu tidak berusaha menjelma menjadi seseorang yang
seperti hujan, mampu menyejukkan di kala aku risau dan merindukan keteduhan.
Hujan
baru reda, menyisakan bau tanah yang khas di jalan raya yang lenggang. Aku
berdiri di tepi trotoar, lalu lalang kendaraan sesekali menenggelamkan pandanganku
ke seberang jalan. Bulir air masih banyak yang menggantung di ujung dedaunan
pohon, memantulkan remang senja yang semakin kelabu. Sepotong sore basah di
tepian trotoar ketika mobil yang membawa kita terparkir di sebuah lahan.
Peristiwa silam menyentuh memoriku di tengah kesibukkan yang kembali merayap. Aku
kembali tertelan dalam kubang kenangan yang tak pernah lelah untuk berbayang.
“Aku tak ingin lagi mengeja rasa yang tersisa setiap berpapasan mata denganmu. Ruang hati ini terlalu senyap dan luka untuk kembali meniti banyak kenangan yang hanya berujung semu. Aku mencintaimu, dalam bisik bisu yang tak pernah kau dengar.”
Agustus 2008, Lampung, SMP harapan...
ReplyDeletekisah ini mengngatkan pada seseorang bernama Rara, ya perempuan yang ku kenal 5 tahun yang lalu saat aku masih mengenakan seragam putih-biru. Kisah usai sebelum selesai.
yang kini entah dimana dia, aku merindukannya hingga aku enggan membuka hati untuk yang lain..
Fall rain - ... hujan yang kurindukan ..