Pernahkah kamu dengar? Cinta adalah rasa tertua yang pernah ada. Ini berarti, sesungguhnya kita terlahir dengan dan oleh cinta. Jikalau ada rasa benci, hasrat perang dan niat mencela, kita tengah membohongi diri sendiri. Sebab, sejatinya kita adalah damai dalam cinta, penuh kasih.
Malam ini, aku menyelesaikan tontonan sebuah film,
sebut saja ia film robot superhero. Dari banyak adegan, ada dua bagian yang
paling membekas. Satu adalah saat superhero itu berusaha menyelamatkan sekelompok
orang, tepatnya sekitar 13 orang yang jatuh dari sebuah pesawat yang dibajak,
sedangkan superhero itu sendiri hanya mampu membawa 4 orang. Lalu, apa yang
akan dilakukan superhero itu untuk menyelamtanya ketiga-belas orang itu menjadi
pertanyaan menarik yang singgah di benakku kala itu. Di luar dugaanku yang
berkcemauk, superhero itu menyelamatkan satu orang. Orang yang ia selamatkan,
ia minta untuk berpegang erat dan merentangangkan satu tangannya untuk meraih
satu orang lain di antara 12 orang yang masih melayang di udara. Ketika orang
itu berhasil menangkap temannya, temannya menangkap teman lainnya. Hingga
akhirnya, semuanya saling menggenggam tangan dan 13 orang itu selamat. Adegan
heroik itu bercerita banyak dibanding sekedar memperlihatkan kehebatan seorang
superhero. Ini berkisah akan sepotong cerita tentang kekuatan cinta yang besar
ketika banyak orang bersatu merangkainya. Tak hanya satu orang yang tergerak,
tapi bersama. Bayangkan, jika tadi orang yang telah diselamatkan superhero
tidak merentangkan tangannya untuk menolong dan tangan-tangan lainnya juga
tidak, mungkin hanya 4 orang yang selamat, tidak semua. Superhero itu tahu apa
yang menjadi batas kekuatan dia, maka ia menggunakan kekuatan lain yang tak
memiliki batas, yakni cinta. Dan, orang-orang juga ikut menebarnya. Maka, bukan
superhero yang menyelamatkan mereka, tapi diri mereka sendiri dengan sebuah
cinta. Sebab, superhero itu juga digerakkan oleh sebuah rasa tua, rasa bernama
cinta.
Adegan lainnya adalah ending. Superhero tersebut memutuskan
untuk berhenti menjadi superhero. Ia bukan egois – jika masyarakat memandangnya
seperti itu. Ia hanya ingin menyuarakan satu hal secara tidak langsung;
seharusnya orang tidak bergantung pada dirinya. Karena percayalah,
keberhasilannya menumpas kejahatan bukan karena dia seorang, melainkan juga
masyarakat. Sebab kejahatan hampir tidak mungkin diredam oleh hanya satu orang.
Di akhir film, superhero itu berkata; kamu bisa mengambil kostumku, kamu bisa
mengambil perlengkapanku, tapi ada satu hal yang tak bisa kamu ambil; akulah
superhero itu. Mungkin semua orang bisa mengambil apapun dari kita, tapi tidak
untuk satu hal; sejatinya diri kita. Akhirnya kita pun menyadari, sejatinya
kita adalah cinta.
Seperti halnya aku selalu berbisik; tak ada yang benar-benar hebat dan dahsyat yang dimiliki superhero/pahlawan kecuali cinta.
-ketika sebuah film superhero penuh aksi dan
kekayaan fiksi ilmiah menyadarkanku banyak hal hal akan cinta, dan otakku
dipenuhi kata-kata yang mendesak untuk keluar. Maka kuluangkan setengah jam
waktu tidurku untuk menulis ini, karena aku tahu, jika tidak, tidurku
selanjutnya tidak akan tenang.
0 Comments:
Post a Comment